Isoquant curve merupakan salah satu kurva yang ada dalam teori produksi jangka panjang. Kurva ini menggambarkan kombinasi dua macam faktor produksi (modal dan tenaga kerja) yang menghasilkan jumlah output yang sama.
Isoquant curve digambarkan dalam sebuah garis yang turun dari kiri atas ke kanan bawah (downward sloping) dan memiliki bentuk yang melengkung (cembung ke arah ordinat), di mana masing-masing sumbu horizontal dan vertikal mengukur jumlah input variabel.
Bentuk isoquant yang melengkung ini terkait dengan nilai marginal rate of technical substitution (MRTS) yang terus menurun. Tapi tahukah kamu, bahwa isoquant curve memiliki bentuk lain (tidak melengkung)?
Isoquant Curve untuk Barang Substitusi Sempurna
Barang substitusi disebut juga dengan barang pengganti. Barang ini umumnya memiliki fungsi dan nilai yang mirip, sehingga penggunaannya bisa saling menggantikan.
Ada beberapa klasifikasi mengenai barang substitusi, yaitu ada barang substitusi sempurna dan ada barang substitusi tidak sempurna. Sekarang kita mulai pembahasan mengenai barang substitusi tidak sempurna terlebih dahulu.
Anggaplah modal dan tenaga kerja merupakan dua barang yang memiliki hubungan substitusi yang tidak sempurna. Dalam situasi ini, penambahan di salah satu input akan mengurangi penggunaan input lainnya. Artinya saat produsen menambah modal maka akan ada tenaga kerja yang dikorbankan untuk mempertahankan jumlah produksi yang sama. Begitupun sebaliknya. Namun perubahan dalam jumlah modal dan tenaga kerja tidaklah harus proporsional.
Pada tulisan mengenai Teori Produksi Jangka Panjang (Isoquant Curve), diasumsikan bahwa tenaga kerja dan modal adalah dua input variabel yang memiliki hubungan substitusi yang tidak sempurna, sehingga memiliki nilai MRTS yang terus menurun. Hal ini kemudian berimplikasi pada kurva isoquant yang berbentuk cembung ke arah ordinat.
Lain halnya jika tenaga kerja dan modal kita asumsikan sebagai dua input variabel yang memiliki hubungan substitusi sempurna (perfect substitution). Pada kondisi ini kita anggap bahwa modal dan tenaga kerja dipandang sebagai dua barang yang identik, baik dari segi fungsi maupun kualitasnya.
Saat modal dan tenaga kerja memiliki hubungan substitusi yang sempurna, maka penambahan dalam jumlah modal harus mengorbankan tenaga kerja dengan jumlah yang sama.
Tabel 1
Kombinasi | Modal | Tenaga Kerja |
A | 6 | 0 |
B | 5 | 1 |
C | 4 | 2 |
D | 3 | 3 |
E | 2 | 4 |
F | 1 | 5 |
G | 0 | 6 |
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa setiap penambahan 1 tenaga kerja menyebabkan pengurangan modal dengan jumlah yang sama. Apabila hubungan tersebut digambarkan dalam sebuah grafik, maka akan tampak seperti gambar berikut.
Pada barang dengan hubungan substitusi sempurna, rasio penambahan satu input dengan pengurangan input yang lain haruslah tetap. MRTS atau kemampuan substitusi marginal itu ditunjukkan oleh kemiringan pada isoquant curve yang senantiasa konstan.
Isoquant Curve untuk Barang Komplementer Sempurna
Dua faktor produksi adakalanya tidak mempunyai hubungan yang saling menggantikan, apalagi menggantikan secara sempurna (perfect substitution). Tak jarang tenaga kerja dan modal justru harus digunakan bersamaan dengan kombinasi tertentu. Hubungan semacam ini dinamakan juga dengan hubungan komplementer.
Barang komplementer atau disebut juga dengan barang pelengkap, yaitu barang yang memiliki fungsi untuk melengkapi fungsi barang lain. Nah, sekarang kita asumsikan bahwa tenaga kerja dan modal adalah dua faktor produksi yang memiliki hubungan komplementer sempurna. Artinya tenaga kerja dan modal harus senantiasa digunakan bersamaan, dan memiliki rasio penggunaan 1 : 1.
Berikut akan diperlihatkan bentuk isoquant curve untuk fungsi produksi yang proporsi penggunaan inputnya tetap.
Untuk menghasilkan output sebanyak Q1 diperlukan jumlah tenaga kerja dan modal masing-masing 1 unit. Jika jumlah tenaga kerja yang tersedia hanya sebanyak 1 unit, maka jumlah modal yang harus dikerahkan tidak perlu lebih (tapi juga tidak boleh kurang) dari 1 unit. Kelebihan penggunaan di salah satu input tidak akan mempengaruhi besarnya hasil produksi. Jadi, untuk mencapai hasil produksi sebesar Q1 sementara jumlah tenaga kerja yang tersedia hanya satu unit, maka penggunaan modal lebih dari satu unit merupakan pemborosan (inefisiensi). Logika ini pun berlaku simetris.
Lalu apabila skala produksi ditingkatkan dan produsen ingin mencapai hasil produksi sebesar Q2, maka tingkat pemakaian kedua faktor produksi itu pun harus diubah secara bersama-sama, namun dengan perbandingan yang tetap. Rasio atau perbandingan penggunaan dua faktor produksi ini dalam grafis ditunjukkan oleh garis biru diagonal. Dan sekedar catatan bahwa sebenarnya bentuk isoquant curve yang seperti ini tidak banyak ditemukan dalam kenyataan sehari-hari.