Life-Cycle Hypothesis

“Kecil dimanja, Muda foya-foya, Tua kaya raya, Mati masuk Surga”.

Semua orang tentu mendambakan kondisi seperti itu. Namun seringkali hidup tidak sesuai harapan. Tidak ada jaminan bahwa kondisi ekonomi akan terus meningkat secara sistematis selama kehidupan seseorang. 

Ada kecenderungan orang menerima penghasilan/pendapatan yang rendah pada usia muda, tinggi pada usia menengah, dan rendah pada usia tua. Oleh karena itu, rasio akan tabungan akan berfluktuasi sejalan dengan perkembangan umur seseorang, yaitu orang muda akan mempunyai tabungan negatif (dissaving), orang berumur menengah menabung dan membayar kembali pinjaman pada masa muda mereka, dan orang usia tua akan mengambil tabungan yang dibuatnya di masa usia menengah.

Gambar 1. Siklus Pendapatan dan Konsumsi

 

Satu alasan penting bahwa pendapatan bervariasi selama kehidupan seseorang adalah masa pensiun. Kebanyakan orang merencanakan akan berhenti bekerja pada usia kira-kira 60 tahun, dan mereka berharap akan menerima penghasilan ketika pensiun. Tetapi mereka tidak ingin standar kehidupan mereka mengalami perubahan besar, sebagaimana diukur dengan konsumsi mereka. Untuk mempertahankan konsumsi setelah berhenti bekerja, orang-orang harus menabung selama masa-masa kerja mereka.

Mengenal Hipotesis Siklus-Hidup (Life-Cycle Hypothesis)

Dalam seri kertas kerja yang ditulis pada tahun 1950-an, Franco Modigliani dan kolaboratornya Albert Ando dan Richard Brumberg menggunakan model perilaku konsumen untuk mempelajari fungsi konsumsi. Studi tersebut kemudian akan mendasari lahirnya hipotesis siklus hidup (life-cycle hypothesis).

Hipotesis siklus hidup lebih menekankan pada variabel sosial ekonomi, di mana yang lebih menjadi perhatian adalah variabel usia (umur). Di dalam model tersebut dijelaskan bahwa pengeluaran konsumsi seseorang sangat tergantung dari perjalanan umur seseorang. Model siklus hidup ini membagi perjalanan hidup ke dalam 3 periode:

  1. Periode belum produktif (0 tahun sampai dengan usia kerja). Dalam tahap ini dikatakan bahwa seseorang melakukan konsumsi dalam kondisi “dissaving“. Di masa ini pendapatan mereka masih sangat kecil, bahkan nol, sehingga konsumsi seseorang masih sangat tergantung dengan orang lain.   

  2. Periode produktif (dari usia kerja sampai dengan usia di mana orang tersebut sudah menjelang usia tua). Pada tahap ini pendapatan seseorang sudah mampu memenuhi pengeluaran konsumsinya, dan sudah tidak bergantung pada orang lain. Banyak di antara mereka kemudian mulai bisa menabung (saving).  

  3. Periode tidak produktif lagi. Pada tahap ini seseorang kembali berada dalam kondisi “dissaving“. Dengan kata lain, bahwa seseorang menggunakan tabungannya untuk melakukan konsumsi. Bahkan di antara mereka masih bergantung pada orang lain karena tidak lagi mampu mencukupi kehidupannya sendiri.   

Menurut hipotesis siklus hidup, besarnya konsumsi pada periode apapun bukanlah fungsi pendapatan saat ini. Model ini menganggap bahwa individu merencanakan pola pengeluaran konsumsi berdasarkan pendapatan yang diharapkan sepanjang hidup mereka. Selanjutnya diasumsikan bahwa individu mempertahankan tingkat konsumsi yang konstan atau sedikit meningkat.

 
Gambar 2. Siklus Pendapatan, Konsumsi, dan Tabungan

 

Modigliani menganggap bahwa konsumsi tidak saja bergantung pada pendapatan rumah tangga saat ini, tapi juga pada kekayaan dan pendapatan yang diharapkan di masa mendatang. Seseorang akan mendistribusikan sumber daya yang ada untuk mengatur konsumsi selama hidupnya. Karena itu konsumsi harus dihubungkan dengan kehidupan individu, dan tidak untuk satu periode saja.

Modigliani juga menekankan bahwa pendapatan bervariasi secara sistematis selama kehidupan seseorang, dan tabungan membuat individu dapat menggerakkan pendapatan dari masa hidupnya ketika pendapatan tinggi ke masa hidup ketika pendapatan rendah. Sebagaimana dikutip dari buku Teori Makro Ekonomi edisi keempat karya N. Gregory Mankiw, berikut diperlihatkan apakah motif untuk menabung ini berpengaruh pada fungsi konsumsi.      

Perhatikanlah seorang konsumen yang mengharapkan hidup selama T tahun, memiliki kekayaan W, dan berharap menghasilkan pendapatan Y sampai ia pensiun selama R tahun dari sekarang. Berapakah tingkat konsumsi yang akan dipilih konsumen tersebut jika ia ingin mempertahankan tingkat konsumsi yang halus selama hidupnya?

Sumber daya kehidupan konsumen terdiri dari kekayaan awal W dan penghasilan kehidupan R × Y. (Untuk mempermudah, kita mengasumsikan tingkat bunga sebesar nol: jika tingkat bunga lebih besar dari nol, kita perlu memperhitungkan bunga tabungan). Konsumsi bisa membagi sumber daya seumur hidupnya di antara tahun-tahun sisa hidupnya. Kita asumsikan bahwa ia ingin mencapai jalur konsumsi yang paling halus selama hidupnya. Karena itu, ia membagi total W + RY ini secara sama di antara T tahun dan setiap tahun mengkonsumsi   

C = (W + RY)/T

Kita bisa menulis fungsi konsumsi seseorang sebagai

C = (1/T)W + (R/T)Y

Misalnya, jika konsumen mengharapkan hidup selama 50 tahun dan bekerja selama 30 tahun, maka T = 50 dan R = 30, dan fungsi konsumsinya adalah 

C = 0,02W + 0,6Y

Persamaan ini menyatakan bahwa konsumsi bergantung pada pendapatan dan kekayaan. Pendapatan ekstra sebesar $1 per tahun meningkatkan konsumsi sebesar $0,60 per tahun, dan kekayaan ekstra senilai $1 meningkatkan konsumsi sebesar $0,02 per tahun.

Jika setiap orang dalam perekonomian merencanakan konsumsi seperti ini, maka konsumsi agregat serupa dengan fungsi konsumsi individual. Biasanya, konsumsi agregat bergantung pada kekayaan dan pendapatan. Oleh karena itu, perekonomian adalah 

C = αW + βY

di mana parameter α adalah kecenderungan mengkonsumsi marjinal dari kekayaan, dan parameter β adalah kecenderungan mengkonsumsi marjinal dari pendapatan.

Implikasi

Gambar 3 menunjukkan hubungan antara konsumsi dan pendapatan yang diprediksi oleh model siklus hidup. Untuk tingkat kekayaan W tertentu, model tersebut menghasilkan fungsi konsumsi konvensional. Perhatikan bahwa perpotongan (intercept) fungsi konsumsi, yang menunjukkan apa yang akan terjadi dengan konsumsi jika pendapatan terus menurun ke tingkat nol, bukanlah nilai tetap. Perpotongan di sini adalah αW, dengan demikian, bergantung pada tingkat kekayaan.  

Gambar 3. Fungsi Konsumsi Siklus-Hidup

 

Model siklus hidup dari perilaku konsumen ini dapat memecahkan teka-teki konsumsi. Karena kekayaan tidak bervariasi secara proporsional dengan pendapatan dari orang ke orang atau dari tahun ke tahun, kita seharusnya menemukan bahwa tingginya pendapatan terkait dengan kecenderungan mengkonsumsi rata-rata yang rendah ketika meneliti data antar individu atau selama periode waktu yang singkat. Tapi, selama periode waktu tersebut, kekayaan dan pendapatan tumbuh sekaligus, yang menghasilkan rasio W/Y konstan dan kecenderungan mengkonsumsi rata-rata konstan.

Gambar 3 menunjukkan fungsi konsumsi dalam jangka pendek ketika kekayaan konstan. Dalam jangka panjang, ketika kekayaan naik, fungsi konsumsi bergeser ke atas, sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 4. Pergeseran ke atas ini mencegah turunnya kecenderungan mengkonsumsi marjinal ketika pendapatan naik.    

Gambar 4. Pergeseran Fungsi Konsumsi Akibat Perubahan Kekayaan

 

Model siklus hidup memprediksi tabungan yang bervariasi selama kehidupan seseorang. Jika seseorang memulai masa dewasanya tanpa kekayaan, ia akan mengakumulasi kekayaan selama masa-masa kerjanya dan mengkonsumsi kekayaannya selama masa-masa pensiun. 

Gambar 5. Konsumsi, Pendapatan, dan Kekayaan Selama Siklus Hidup

 

Gambar 5 menggambarkan pendapatan, konsumsi, dan kekayaan konsumen selama masa dewasanya. Menurut hipotesis siklus hidup, karena orang-orang ingin memperlancar konsumsi selama hidupnya, kaum mudah yang sedang bekerja menabung, sedangkan kaum tua yang pensiun menghabiskan tabungan (dissaving).  

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *