Analisis Model Cournot di Pasar Oligopoli

Pasar oligopoli merupakan suatu pasar di mana penawaran satu jenis produk dikuasai oleh beberapa perusahaan. Untuk menganalisis perilaku tiap-tiap perusahaan di pasar oligopoli, terdapat beberapa model analisis yang bisa kita gunakan, salah satunya yaitu Model Cournot. Pada kesempatan kali ini akan dibahas mengenai terbentuknya Model Cournot dan menjelaskan bagaimana setiap perusahaan berperilaku di pasar oligopoli.

Apa itu Model Cournot?

Sekitar dua abad yang lalu pada tahun 1838, seorang ekonom Perancis bernama Antoine Augustin Cournot memperkenalkan sebuah teori mengenai pasar oligopoli. Teorinya tersebut kini dikenal juga dengan nama Model Cournot (The Cournot Model).

Gambar 1. Antoine Cournot

 

Pemikiran Cournot dituangkan dalam sebuah buku yang berjudul “Recherches sur les principes mathematiques de la theorie des richesse” (Paris, 1838). Terjemahan dalam bahasa Inggris N. T. Bacon, “Researches into the Mathematical Principles of the Theory of Wealth” (N. V., Macmillan & Co., 1897, dicetak ulang tahun 1927).

Model Cournot termasuk teori tertua tentang model oligopoli. Model ini secara intrinsik sangat menarik dan dapat digunakan sebagai pijakan ke analisis lebih lanjut. Ada beberapa karakteristik pasar yang muncul di Model Cournot, antara lain:

  • Setiap perusahaan bersikap rasional dan tujuan mereka adalah mengejar keuntungan maksimum.

  • Terdapat lebih dari satu perusahaan dan produk yang dihasilkan bersifat homogen.

  • Perusahaan-perusahaan dalam pasar tidak saling bekerjasama, melainkan saling bersaing dalam menetapkan jumlah output.

  • Perusahaan-perusahaan dalam pasar memiliki market power (kemampuan menentukan harga jual).

  • Jumlah perusahaan dalam pasar adalah tetap.

  • Terdapat strategic behaviour yang dilakukan oleh perusahaan.   

Model Cournot juga dikenal sebagai model duopoli produk tunggal tanpa diferensiasi. Asumsi utama dari model ini yaitu jika perusahaan telah menentukan kuantitas produk, maka perusahaan tersebut tidak akan mengubahnya. Atas dasar inilah perusahaan pesaingnya juga akan menentukan kuantitas produknya. 

Setiap perusahaan selalu berusaha memaksimumkan keuntungannya dengan harapan bahwa output decision-nya tidak akan mempengaruhi keputusan pesaingnya. Perusahaan menganggap bahwa output yang dihasilkan pesaingnya adalah tetap. Dengan demikian, semua perusahaan akan mengambil keputusan dengan mempertimbangkan output pesaingnya, tanpa menyadari bahwa gerakan mereka masing-masing menjadi dasar pengambilan keputusan pesaingnya.

Asumsi-asumsi dalam model duopoli ini mirip dengan asumsi dalam model oligopoli pada umumnya. Semua produsen menghasilkan produk-produk yang identik dengan tingkat biaya yang kurang lebih sama. Biaya-biaya itu diasumsikan konstan, dan masing-masing duopoli sepenuhnya mengetahui kurva permintaannya. Selain itu, konsumen atau pembeli juga diasumsikan memiliki informasi sempurna.

Analisis Model Cournot

Untuk memahami bagaimana model ini bekerja, kita mulai dari suatu fungsi permintaan industri atas komoditi tertentu. Agar keaslian ide Cournot tetap terjaga, kita pakai saja air mineral sebagai contoh komoditi itu. Demi menyederhanakan pembahasan, kita anggap biaya marjinal konstan dan nilainya sudah tertentu.  

Dikutip dari buku “Economics” 8th Edition karya Robert S. Pindyck dan Daniel L. Rubinfeld, berikut adalah kurva mengenai penentuan jumlah output (output decision) di pasar oligopoli.

Gambar 2. Penentuan Jumlah Output (Output Decision)

 

Kita asumsikan bahwa bentuk pasarnya adalah duopoli. Saat perusahaan 1 meyakini bahwa perusahaan 2 tidak memproduksi barang, maka kurva permintaan yang dihadapi itu sama dengan kurva permintaan pasar D1(0). Sementara itu besarnya penerimaan marjinal ditunjukkan oleh kurva MR1(0). Dengan asumsi biaya marjinal (MC1) adalah konstan, maka untuk memaksimalkan keuntungannya, perusahaan 1 akan memproduksi output di mana kurva penerimaan marjinal berpotongan dengan kurva biaya marjinal. Jadi, ketika perusahaan 2 tidak berproduksi, perusahaan 1 sebaiknya memproduksi output sebanyak 50 unit.

Sekarang, saat perusahaan 1 meyakini bahwa perusahaan 2 memproduksi 50 unit output, maka kurva permintaan yang dihadapi perusahaan 1 adalah permintaan sisanya, yaitu kurva permintaan pasar yang digeser ke kiri (turun) 50 unit. Dalam Gambar 2, kurva tersebut ditunjukkan oleh garis D1(50). Sementara itu kurva penerimaan marjinal yang bersesuaian ditunjukkan oleh garis MR1(50). Dalam situasi ini, perusahaan 1 akan memproduksi output sebesar 25 unit, di mana MR1(50) = MC1.   

Begitu pula saat perusahaan 1 meyakini bahwa perusahaan 2 akan memproduksi 75 unit output, maka tindakan tersebut akan direspon oleh perusahaan 1 dengan memproduksi 12,5 unit output. Lalu dalam situasi ekstrem di mana perusahaan 1 meyakini bahwa perusahaan 2 akan memproduksi 100 unit output, maka kurva permintaan dan kurva penerimaan marjinal perusahaan 1 (tidak tampak dalam gambar) akan berpotongan dengan kurva biaya marjinal di sumbu vertikal. Artinya, ketika perusahaan 2 memproduksi 100 unit output, maka respon perusahaan 1 adalah tidak memproduksi output sama sekali.

Kurva Reaksi (Reaction Curve)

Dari pembahasan tadi, kita bisa merangkum aksi-reaksi antara perusahaan 1 dan perusahaan 2 sebagai berikut:

  • Jika perusahaan 2 tidak berproduksi, maka perusahaan 1 akan memproduksi 50 unit output.

  • Jika perusahaan 2 memproduksi 50 unit output, maka perusahaan 1 akan memproduksi 25 unit output.

  • Jika perusahaan 2 memproduksi 75 unit output, maka perusahaan 1 akan memproduksi 12,5 unit output.

  • Jika perusahaan 2 memproduksi 100 unit output, maka perusahaan 1 tidak akan berproduksi sama sekali.

Penentuan output (yang memaksimalkan laba) oleh perusahaan 1, akan sangat ditentukan oleh jumlah output yang dipilih oleh perusahaan 2. Pilihan-pilihan produksi oleh perusahaan 1 tersebut, jika digambarkan dalam bentuk grafik akan menghasilkan sebuah kurva yang disebut kurva reaksi (reaction curve), sebagaimana ditunjukkan oleh garis Q1*(Q2).

Reaction Curve atau Best Response Curve adalah kurva yang menggambarkan hubungan antara jumlah output yang diproduksi oleh perusahaan lain (2) dengan jumlah output optimal yang diproduksi perusahaan 1 untuk memaksimalkan keuntungan yang merupakan best reponse atas jumlah unit yang diproduksi perusahaan lain tersebut. 

Gambar 3. Kurva Reaksi dan Ekuilibrium Cournot

 

Sama hal nya dengan penentuan output pada perusahaan 1, penentuan output oleh perusahaan 2 juga ditentukan oleh seberapa besar perusahaan lain (perusahaan 1) akan berproduksi. Kurva reaksi perusahaan 2 ditunjukkan oleh garis Q2*(Q1). Terlihat bahwa perusahaan 1 dan 2 memiliki kurva reaksi yang berbeda, hal ini dikarenakan keduanya memiliki karakteristk biaya yang berbeda.

Ekuilibrium Cournot

Setelah kita mengetahui bagaimana perusahaan 1 dan 2 saling bereaksi, pertanyaan berikutnya adalah berapa banyak output yang akan diproduksi tiap-tiap perusahaan tersebut?

Dalam kondisi keseimbangan, jumlah output ditentukan oleh perpotongan dua kurva reaksi. Kondisi ini dikenal juga dengan sebutan Ekuilibrium Cournot (Cournot Equilibrium). Saat tercapai Ekuilibrium Cournot, maka setiap perusahaan dapat dengan tepat memperkirakan berapa banyak kompetitor akan berproduksi, dan mereka pun dapat menentukan berapa banyak output yang harus dihasilkan agar dicapai keuntungan yang maksimal.

Saat tercapai ekuilibrium Cournot, tiap-tiap perusahaan dapat menentukan respon terbaiknya atas aksi perusahaan lain. Hasilnya, tidak ada satu pun perusahaan yang ingin mengubah pilihannya. Dalam kondisi ekuilibrium Cournot, setiap perusahaan akan memproduksi jumlah output yang dapat memaksimalkan keuntungan terlepas dari berapa banyak perusahaan lain akan berproduksi. Ekulibrium Cournot merupakan salah satu contoh dari Nash equlibrium, dan bahkan sering disebut juga dengan Cournot-Nash Equilibrium.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *