Ada sejumlah cara bagi produsen untuk meraih hasil produksi pada kuantitas tertentu. Dengan mengubah kombinasi penggunaan input, produsen dapat menentukan seberapa besarkah modal dan tenaga kerja yang harus digunakan untuk mencapai hasil produksi yang diinginkan.
Isoquant curve menggambarkan bagaimana produsen dihadapkan dengan beberapa kombinasi penggunaan dua input variabel untuk menghasilkan jumlah output tertentu. Semakin ke kanan kurva isoquant, akan semakin banyak jumlah output yang dihasilkan. Dan tentu saja produsen akan memilih kurva isoquant paling kanan karena menghasilkan jumlah output yang paling tinggi.
Namun sayangnya, karena adanya keterbatasan anggaran, seringkali produsen tidak dapat mencapai level produksi yang diinginkan. Ia harus menyesuaikan penggunaan jumlah input dengan anggaran yang tersedia. Produsen dituntut untuk dapat memaksimalkan jumlah produksi dengan anggaran yang ada, atau meminimalisasi penggunaan anggaran untuk mencapai level produksi tertentu.
Jika kita bicara dari sisi bisnis, umumnya produsen akan memilih kombinasi input dengan biaya terendah. Minimalisasi biaya adalah aturan dasar yang digunakan oleh produsen untuk menentukan kombinasi penggunaan modal dan tenaga kerja untuk menghasilkan jumlah output tertentu dengan biaya terendah.
Untuk memaksimalkan keuntungan, produsen harus menekan biaya produksi. Untuk itulah kurva biaya sama (isocost) dibuat.
Isocost Curve
Secara harfiah, “iso” berarti sama, dan “cost” artinya biaya. Jadi, isocost adalah kurva yang menunjukkan kombinasi penggunaan dua macam faktor produksi dengan biaya sama. Prinsipnya mirip dengan kurva garis anggaran (budget line) pada teori perilaku konsumen.
Untuk menggambar kurva isocost, ada beberapa data yang diperlukan, antara lain:
-
harga faktor-faktor produksi yang digunakan, dan
-
jumlah uang yang dimiliki untuk membeli faktor-faktor produksi.
Sekarang anggaplah upah tenaga kerja (w) adalah sebesar $2.000 dan ongkos modal per unit (r) adalah $4.000, sedangkan jumlah uang yang tersedia adalah $16.000. Berdasarkan data tersebut, kita bisa membuat kombinasi penggunaan modal dan tenaga kerja sebagaimana ditunjukkan tabel 1 berikut ini.
Tabel 1
Kombinasi | Tenaga Kerja | Modal |
A | 0 | 4 |
B | 2 | 3 |
C | 4 | 2 |
D | 6 | 1 |
E | 8 | 0 |
Jika total anggaran dibagi dengan tingkat upah, akan kita peroleh tenaga kerja maksimum yang bisa dipekerjakan adalah sebanyak 8 orang. Sementara jika kita membagi total anggaran dengan harga per unit modal, maka maksimum besarnya modal yang bisa digunakan yaitu sebesar 4 unit.
Berdasarkan data pada tabel 1, kita dapat membuat kurva isocost sebagaimana ditunjukkan pada gambar berikut.
Kurva isocost merupakan kurva yang menunjukkan titik-titik kombinasi modal dan tenaga kerja yang bisa digunakan produsen dengan anggaran yang tersedia ($16.000). Garis tersebut menggambarkan rasio antara upah dengan bunga modal, dengan formula sebagai berikut:
rK + wL = C
di mana:
C = total cost
r = cost of capital
w = wage of labor
Sementara itu, slope (kemiringan) dari isocost yaitu sebesar: -w/r, atau rasio negatif antara upah dibagi dengan bunga modal.
Perubahan dalam Isocost Curve
Isocost curve dapat mengalami perubahan akibat adanya perubahan anggaran produsen dan harga faktor-faktor produksi. Untuk mengetahui seperti apa perubahan dalam isocost curve, berikut penjelasannya.
1) Akibat Perubahan Anggaran Produsen
Perubahan atas anggaran produsen dapat mengubah kemampuannya untuk membeli modal dan tenaga kerja. Jika anggaran produsen naik, maka ia bisa membeli modal dan tenaga kerja dalam jumlah yang lebih banyak. Begitupun sebaliknya.
Gambar 2 memperlihatkan pergeseran isocost curve akibat adanya perubahan anggaran produsen. Pergeseran isocost curve ke sebelah kanan (dari C1 ke C2) disebabkan kenaikan anggaran produsen menjadi $20.000. Sebaliknya, pergeseran isocost curve ke sebelah kiri (dari C1 ke C3) disebabkan penurunan anggaran produsen menjadi $12.000.
Perlu kamu ketahui bahwa pergeseran isocost curve akibat perubahan anggaran produsen adalah pergeseran yang sejajar. Pergeseran isocost curve ke sebelah kanan menggambarkan bahwa produsen dapat membeli modal dan tenaga kerja dalam jumlah yang lebih banyak akibat adanya kenaikan anggaran produsen. Begitupun sebaliknya.
2) Akibat Perubahan Harga Faktor Produksi
Gambar 3 berikut ini menunjukkan perubahan isocost curve akibat adanya perubahan harga faktor produksi. Namun sebelumnya kita asumsikan anggaran produsen tetap yaitu sebesar $16.000, dan harga modal pun sama sekali tidak berubah yaitu sebesar $4.000 per unit. Jadi, yang berubah hanya upah tenaga kerja saja.
Misalkan upah tenaga kerja turun dari $2.000 menjadi $1.600. Dengan anggaran produsen dan harga modal yang tidak berubah, maka ketika upah tenaga kerja turun, produsen kini bisa mempekerjakan lebih banyak tenaga kerja. Ini diperlihatkan oleh isocost curve yang berotasi (berputar) ke luar dari C1 ke C2. Dengan anggaran yang tersedia produsen kini bisa membeli 10 unit tenaga kerja.
Lalu sebaliknya, jika ternyata upah tenaga kerja naik dari $2.000 menjadi $3.200, maka produsen kini hanya bisa mempekerjakan lebih sedikit tenaga kerja. Ini diperlihatkan oleh isocost curve yang berotasi ke dalam dari C1 ke C3. Dengan anggaran yang tersedia produsen kini hanya bisa mempekerjakan 5 tenaga kerja.
Keseimbangan Produsen
Setelah kita mempelajari isoquant curve dan isocost curve, kini saatnya menggabungkan kedua kurva tersebut untuk memperoleh keseimbangan produsen. Kalau kita amati, isoquant sebenarnya merupakan gambaran mengenai tingkat produksi yang ingin dicapai dengan faktor produksi yang tersedia, sedangkan isocost menggambarkan kemampuan produsen dalam menyediakan faktor produksi.
Dalam mempelajari teori produksi, kita asumsikan bahwa produsen selalu bertindak rasional. Setiap keputusan yang mereka ambil harus senantiasa didasarkan pada keinginan dan kemampuannya dalam menyediakan faktor produksi. Produsen yang rasional selalu berusaha mencapai level produksi tertinggi dengan anggaran yang tersedia.
Titik optimal bagi produsen tercapai ketika apa yang diinginkannya dapat diperoleh dengan anggaran yang dimiliki. Keseimbangan produsen ini secara grafis nampak ketika isoquant curve bersinggungan dengan isocost curve, sebagaimana ditunjukkan oleh titik D pada Gambar 4 berikut ini.
Sebagai catatan, jika isoquant curve dan isocost curve saling berpotongan, maka titik perpotongan tersebut bukanlah titik optimum bagi produsen. Kondisi tersebut ditunjukkan oleh perpotongan kurva di titik C dan E.
Untuk memaksimalkan hasil produksi, produsen diharuskan mencapai isoquant tertinggi yang mungkin diraihnya dengan anggaran yang dimiliki. Jika produsen memilih kombinasi faktor produksi di titik C atau E, maka titik tersebut belumlah optimal. Titik C dan E berada di Q3, di mana kedua titik tersebut memiliki level produksi lebih rendah dari titik D yang berada di Q1. Jadi kesimpulannya, keseimbangan produsen tercipta di titik D pada Q1 yang merupakan isoquant tertinggi yang bersentuhan dengan isocost curve.