Telah kita ketahui bahwa keseimbangan konsumen terjadi saat kurva indiferen (indifference curve) bersinggungan dengan garis anggaran (budget line). Tahukah kamu apa yang terjadi jika pendapatan konsumen berubah, katakanlah naik dua kali lipat, sedangkan harga-harga tidak berubah? Yang terjadi cukup jelas: konsumen akan dapat membeli lebih banyak barang atau jasa, tepatnya dua kali lebih banyak.
Naiknya pendapatan, ceteris paribus, akan menggeser garis anggaran sejajar ke sebelah kanan. Lalu bagaimana konsumen bereaksi terhadap kenaikan pendapatan tersebut?
Kurva Pendapatan Konsumsi
Pergeseran kurva garis anggaran akibat naiknya pendapatan konsumen akan memberikan/menghasilkan titik persinggungan baru antara kurva indiferen dengan garis anggaran. Untuk membahas hal tersebut, coba simak penjelasan berikut ini.
Kita mulai telaah ini dengan pendapatan konsumen sebanyak M, dan harga barang x adalah Px, serta harga barang y adalah Py. Jika semua pendapatan M dibelikan barang x, maka konsumen akan memperoleh barang x sebanyak M/Px = B. Kemudian jika semua pendapatan M dibelikan barang y, maka konsumen akan memperoleh barang y sebanyak M/Py = B’. Optimalisasi konsumen tercipta di titik E, di mana konsumen meraih tingkat kepuasannya yang tertinggi pada IC1, sesuai dengan kendala anggaran yang dihadapinya.
Pada Gambar 1 terlihat bahwa titik E merupakan posisi keseimbangan awal. Sekarang umpamakan saja pendapatan konsumen meningkat dari M menjadi M’. Kendala anggaran pun bergeser ke sebelah kanan atas menjadi CC’, yang sejajar dengan BB’, karena rasio atau harga-harga relatif kedua barang (x dan y) tidak berubah.
Seperti diketahui, keseimbangan konsumen selalu tercipta saat terjadi persinggungan antara kurva garis anggaran dengan kurva indiferen tertinggi yang bisa dicapai. Oleh karenanya, adanya kenaikan dalam pendapatan konsumen akan membuat optimalitas konsumen turut meningkat ke titik E’, di mana IC2 menjadi tangen terhadap kurva garis anggaran CC’.
Jika hal tersebut berulang sekali lagi, pendapatan konsumen kembali meningkat menjadi M”, maka hasil akhirnya keseimbangan konsumen juga meningkat. Dengan tingkat pendapatan yang baru, maka titik keseimbangan konsumen akan berpindah ke titik E”.
Jika kita hubungkan ketiga titik keseimbangan konsumen itu (E, E’, dan E”), akan tercipta kurva pendapatan konsumsi (income-consumption curve/ICC). Kurva ini didefinisikan sebagai garis yang menghubungkan jumlah barang yang memaksimumkan kepuasan untuk berbagai tingkat pendapatan, dengan menganggap harga dan selera konsumen tidak berubah.
Kurva Engel
Kita dapat menggunakan kurva pendapatan konsumsi untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendapatan dengan jumlah barang yang dibeli oleh konsumen. Seorang ekonom abad ke-19 yang berasal dari Jerman, Ernst Engel, merupakan tokoh pertama yang mempelajari hubungan antara pendapatan dengan jumlah barang yang diminta. Oleh karena itu, kurva yang menggambarkan hubungan antara tingkat pendapatan dengan jumlah barang yang dibeli konsumen disebut juga dengan Kurva Engel (Engel Curve).
Kurva Engel pada dasarnya merupakan “turunan” dari kurva pendapatan konsumsi. Dengan memanfaatkan kurva pendapatan konsumsi sebagaimana ditunjukkan Gambar 1, kita dapat menentukan seperti apa bentuk kurva Engel.
Titik A mewakili jumlah pendapatan M dan jumlah pembelian barang x sebesar x1, sedangkan titik B mewakili jumlah pendapatan M’ dan jumlah pembelian barang x sebesar x2. Begitupun dengan titik C. Jika ketiga titik itu dihubungkan (A, B, dan C), terbentuklah kurva Engel untuk barang x.
Kalau kita perhatikan, bentuk kurva pendapatan konsumsi pada Gambar 1 dan kurva Engel pada Gambar 2 sekilas nampak sama bentuknya. Namun sebenarnya kedua kurva tersebut tidaklah identik. Perhatikan bahwa sumbu vertikal dari kedua gambar itu mengukur variabel yang berlainan. Dalam Gambar 1, sumbu vertikalnya mengukur jumlah barang y, sedangkan dalam Gambar 2, sumbu vertikalnya mengukur pendapatan.
Kurva Engel dan Klasifikasi Barang
Bentuk kurva Engel bervariasi untuk berbagai jenis barang. Kita dapat menggunakan kurva Engel untuk menentukan sifat-sifat barang, apakah termasuk barang normal, barang superior, atau barang inferior.
1. Barang Normal
Bila kita lihat kembali Gambar 2, kita bisa melihat bahwa kurva Engel pada gambar tersebut menunjukkan jenis barang normal. Barang normal adalah barang yang pembeliannya bertambah saat meningkatnya pendapatan konsumen, namun pertambahan jumlah pembelian tidak sebesar pertambahan pendapatan. Dalam ekonomi, barang normal memiliki elastisitas pendapatan yang positif, namun bersifat inelastis (kurang dari satu).
2. Barang Superior
Mirip dengan barang normal, barang superior adalah barang-barang yang jumlah permintaannya naik saat pendapatan masyarakat meningkat. Hanya saja pertambahan jumlah barang yang diminta lebih besar dibandingkan pertambahan pendapatan. Barang superior memiliki elastisitas pendapatan yang positif dengan nilai lebih dari satu (bersifat elastis). Barang superior ini biasanya identik dengan barang yang mewah.
3. Barang Inferior
Barang inferior merupakan kebalikan dari barang normal. Barang inferior adalah barang yang jumlah permintaannya turun, justru saat pendapatan konsumen meningkat. Barang ini memiliki koefisien elastisitas pendapatan yang negatif (kurang dari nol). Artinya ketika pendapatan meningkat, konsumen cenderung mengurangi pembelian barang inferior, hal ini karena barang inferior umumnya memiliki kualitas yang rendah.