Pada tulisan sebelumnya, kita sudah membahas beberapa materi mengenai ekonomi aliran Pra Klasik, yaitu pemikiran ekonomi masa Yunani Kuno dan pemikiran Kaum Skolastik. Nah, pada bagian ini kita akan membahas pemikiran lainnya yang berasal dari era Merkantilisme dan aliran Fisiokrat.
Era Merkantilisme
Pada abad ke-17 terjadi perkembangan yang sangat pesat dalam kegiatan ekonomi di masyarakat dengan munculnya aktivitas perdagangan yang cukup besar, baik di dalam maupun di luar negeri.
Istilah “merkantilisme” berasal dari kata merchant, yang berarti pedagang. Aliran merkantilisme adalah suatu aliran yang mempunyai keyakinan bahwa suatu negara akan maju jika melakukan perdagangan dengan negara lain. Sumber kekayaan negara akan diperoleh melalui “surplus” perdagangan luar negeri yang diterima dalam bentuk emas atau perak, sehingga kebijaksanaan waktu itu adalah mendorong ekspor dan membatasi impor.
Tiga pokok pemikiran aliran merkantilisme adalah tentang Neraca Perdagangan dan Mekanisme Arus Logam Mulia, Proteksi, dan Teori Kuantitas Uang. Ketiga pokok pemikiran ini terpusat pada satu doktrin merkantilisme, yakni neraca perdagangan yang menguntungkan.
Paham merkantilisme berkembang di Eropa pada abad ke-16 dan 17. Negara-negara Eropa yang menganut paham merkantilisme waktu itu antara lain Portugis, Spanyol, Inggris, Perancis, dan Belanda. Dalam masa ini, tidak hanya perdagangan dan perekonomian yang maju pesat, namun kemajuan dalam tulisan ekonomi juga maju baik dari segi jumlah maupun mutu.
Perkembangan Merkantilisme di Eropa
Merkantilis di Spanyol
Perang Salib telah mengakibatkan terjadinya perdagangan antara negara-negara Eropa dengan negara-negara Timur Tengah. Saat itu jalur perhubungan darat ke India sangat berbahaya dan mahal. Sampai kemudian Vasco da Gama dari Portugis menemukan jalur laut yang lebih murah dan berlayar mengelilingi Afrika.
Perjalanan lain, yang dilakukan oleh Columbus untuk mencari jalur yang lebih pendek menuju India, berhasil menemukan benua Amerika. Ekspedisi Columbus tersebut dibiayai oleh Spanyol, sehingga membuat negara itu menjadi negara yang memenangkan perlombaan dalam persaingan untuk mendapatkan barang dagangan berupa emas dan perak, juga daerah untuk memasarkan produknya.
Merkantilis di Perancis
Pada masa kepemimpinan Raja Louis XVI, posisi Menteri Perdagangan dan Keuangan dipegang oleh seorang diktator bernama Jean Baptiste Colbert. Tujuan kebijakan Colbert lebih diarahkan pada kekuasaan dan kejayaan negara daripada untuk meningkatkan kekayaan setiap orang. Ia berusaha untuk memajukan industri dan perdagangan Perancis, sehingga di Perancis faham merkantilisme dikenal juga dengan sebutan Colbertisme.
Tindakan yang dilakukan Colbert di antaranya:
-
melarang ekspor hasil pertanian dan bahan baku;
-
melarang ekspor emas dan perak;
-
memperluas daerah jajahan;
-
melarang adanya emigrasi dan menganjurkan imigrasi karena negara kekurangan penduduk;
-
intervensi pemerintah dalam bidang pengawasan hasil industri, memberikan bantuan pada perusahaan yang baru berdiri serta negara mendirikan perusahaannya sendiri;
-
menjamin hak monopoli yang diberikan kepada perusahaan-perusahaan guna mendorong timbulnya perusahaan baru, khususnya untuk perdagangan antar negara; dan
-
merangsang penemuan-penemuan baru serta membangun industri-industri percontohan. Colbert juga mendorong pengembangan ilmu pengetahuan dengan mendirikan akademi-akademi, perpustakaan-perpustakaan, dan pemberian subsidi-subsidi.
Merkantilis di Inggris
Di Inggris, merkantilisme dimulai pada zaman pemerintahan Raja Henry VII sampai zaman Ratu Elizabeth. Pada masa pemerintahan Ratu Elizabeth I, tokoh merkantilis yang terkenal adalah Perdana Menteri Cromwell (1558–1603).
Tindakan-tindakan yang dilakukan Cromwell antara lain:
-
melindungi perikanan dengan cara melarang rakyat memakan daging pada hari-hari tertentu dan menggantinya dengan ikan;
-
melindungi peternakan dan industri wol melalui undang-undang peci, yaitu setiap pria berusia di atas enam tahun harus mengenakan peci dari wol;
-
mengeluarkan undang-undang pelayaran yang disebut Act of Navigation yang berisi bahwa semua kegiatan ekspor dan impor dari dan ke Inggris harus menggunakan kapal Inggris.
Merkantilis di Belanda
Merkantilisme di Belanda berlaku sejak dibentuknya VOC, yaitu pada tahun 1602. Praktek merkantilisme Belanda diberlakukan tidak hanya di negaranya, tetapi juga di semua negara jajahannya, termasuk Indonesia.
Tujuan merkantilisme Belanda antara lain:
-
memperluas daerah koloni;
-
memperluas daerah pemasaran; dan
-
mencari bahan baku untuk industri berupa rempah-rempah, kopi, kelapa sawit, cengkeh, teh, dan lada.
Tokoh-Tokoh Pemikir Aliran Merkantilis
Jean Boudin (1530–1596)
Jean Boudin ialah seorang ilmuwan berkebangsaan Perancis, yang dapat dikatakan sebagai orang pertama yang secara sistematis menyajikan teori tentang uang dan harga. Menurut Boudin, yang dikutip dari bukunya yang berjudul “Response aux Paradoxes de Malestroit” (1568), naiknya harga barang-barang disebabkan oleh lima faktor:
-
bertambahnya logam mulia, yaitu emas dan perak;
-
praktek monopoli yang dilakukan oleh dunia swasta maupun peran negara;
-
jumlah barang di dalam negeri menjadi langka oleh karena sebagian hasil produksi diekspor;
-
pola hidup mewah kalangan bangsawan dan raja-raja;
-
menurunnya nilai mata uang logam karena isi karat yang terkandung di dalamnya dikurangi atau dipermainkan.
Jean Boudin juga mengemukakan kecamannya terhadap monopoli dan pola hidup mewah di kalangan bangsawan dan raja-raja. Pola hidup mewah mengakibatkan harga barang-barang naik, dan rakyat kecil menjadi korban. Jean Boudin menekankan, jika jumlah cadangan yang berupa persediaan emas tersebut disimpan dahulu, dan pengeluaran dilakukan secara hemat dan berhati-hati, maka inflasi akan terkendalikan.
Thomas Mun (1571–1641)
Thomas Mun merupakan ilmuwan berkebangsaan Inggris yang banyak menulis tentang perdagangan luar negeri dan manfaatnya. Salah satu karyanya yang terkenal ialah “England’s Treasure by Foreign Trade”, yang memberikan sumbangan besar terhadap teori perdagangan luar negeri.
Menurut Mun, untuk meningkatkan kekayaan negara, cara yang biasa dilakukan adalah lewat perdagangan. Pedoman yang digunakan adalah bahwa nilai ekspor ke luar negeri harus lebih besar dibandingkan dengan yang diimpor oleh negara itu.
Thomas Mun berpendapat bahwa perdagangan masih tetap akan menguntungkan sekalipun tidak memiliki emas dan perak, dengan cara melakukan transaksi pembayaran lewat bank. Yang digunakan sebagai jaminan kredit adalah komoditi yang sedang diperjual-belikan itu.
Selain itu, Thomas Mun juga menyatakan bahwa suatu negara yang memiliki terlalu banyak uang justru tidak baik karena menaikkan harga-harga, dan meskipun kenaikan tersebut akan meningkatkan pendapatan para pengusaha, namun kenaikan harga tersebut secara umum langsung merugikan dan mengurangi volume perdagangan, karena harga yang tinggi akan mengurangi konsumsi dan permintaan.
Sir William Petty (1623–1687)
Sir William Petty ialah seorang pengajar di Oxford University, banyak menulis tentang ekonomi politik. Menurut Petty, ada dua faktor yang menciptakan kekayaan yakni lahan dan tenaga kerja. Menurutnya: Labour is the father and active principle of wealth, as lands are the mother.
Bagi Petty, tenaga kerja jauh lebih penting dari sumber daya tanah. Seperti dalam bukunya “A Treatise of Taxes and Contributions” (1662), bukan jumlah hari kerja yang menentukan nilai suatu barang, melainkan biaya yang diperlukan agar para pekerja tersebut dapat tetap bekerja.
Selain itu, dalam hal uang, menurutnya uang diperlukan dalam jumlah secukupnya, tetapi lebih atau kurang dari yang diperlukan dapat mendatangkan kemudharatan. Harga untuk uang adalah bunga modal. Dengan demikian, semakin besar jumlah uang beredar, maka bunga modal turun. Hal ini akan mendorong kegiatan usaha.
David Hume (1711–1776)
David Hume merupakan sahabat dekat Adam Smith. Mereka sering berdiskusi mengenai peran uang dan perdagangan terhadap perekonomian. Hume mengecam pembatasan merkantilis terhadap perdagangan internasional. Dengan menggunakan mekanisme “aliran uang” yang terkenal itu, ia membuktikan bahwa usaha untuk membatasi impor dan menaikkan aliran uang masuk justru akan merugikan. Pembatasan impor akan menaikkan harga domestik, yang pada gilirannya akan mengurangi ekspor, menaikkan impor, dan membuat uang mengalir ke luar negeri.
Teori Hume yang terkenal ialah “Price Specie-flow Mechanism”, yang membahas mengenai hubungan antara neraca perdagangan dengan jumlah uang dan tingkat harga barang-barang umum pada suatu negara.
Hume juga menolak klaim merkantilis bahwa mengumpulkan lebih banyak uang (logam mulia) akan menurunkan suku bunga dan meningkatkan kemakmuran. Hume membuat argumen klasik yang menyatakan bahwa suku bunga riil ditentukan oleh persediaan tabungan dan modal, bukan persediaan uang. Sebagai penganut teori kuantitas uang, Hume menganggap bahwa ekspansi persediaan uang akan menaikkan harga.
Aliran Fisiokrat
Masa merkantilisme ditandai sebagai periode di mana setiap orang menjadi ahli ekonomi bagi dirinya sendiri. Kebijaksanaan-kebijaksanaan pada masa itu sangat mengabaikan sektor pertanian, sehingga menimbulkan berbagai kritik. Lahirnya berbagai kritik ini merupakan pertanda awal lahirnya faham baru, yakni Aliran Fisiokrat.
Kaum fisiokrat menganggap bahwa sumber kekayaan negara adalah sumber daya alam. Kata “physiocratism” berasal dari kata physic (alam) dan cratain atau cratos (kekuasaan). Kaum fisiokrat percaya pada hukum alam (believers in the rule of nature). Hukum alam yang penuh dengan keselarasan dan keharmonisan berlaku kapan saja, di mana saja, dan dalam situasi apapun.
Kaum fisiokrat percaya bahwa sistem perekonomian mirip dengan alam yang penuh keselarasan dan keharmonisan. Dengan demikian, setiap tindakan manusia dalam memenuhi kebutuhannya masing-masing juga akan selaras dengan kemakmuran masyarakat banyak. Pemerintah tidak perlu campur tangan, dan alam akan mengatur semuanya (self regulating). Inilah yang menjadi cikal bakal doktrin perekonomian bebas yang lebih dikembangkan oleh Adam Smith.
Pemikiran kaum fisiokrat merupakan sebuah reaksi terhadap pemikiran kaum merkantilis yang lebih mementingkan industri, sedangkan pertanian diabaikan. Kritik-kritik terhadap merkantilis semakin meluas karena pajak-pajak semakin memberatkan rakyat untuk mendukung pengeluaran negara pada masa itu.
Berbeda dengan pemikiran merkantilisme, pemikiran fisiokrat sudah dapat menggunakan istilah mazhab. Hal ini karena pola dan garis pemikiran yang disusun dan diungkapkan oleh golongan fisiokrat sudah berwujud suatu kerangka dasar analisis tertentu mengenai masalah-masalah ekonomi dalam kehidupan masyarakat.
Hakikat analisisnya adalah bahwa kegiatan ekonomi berjalan menurut suatu pola arus lingkaran (circular flow) yang menyangkut peredaran barang dan peredaran uang. Untuk pertama kalinya proses produksi, tukar-menukar (pemasaran), dan konsumsi dilihat dalam keterkaitannya satu dengan lainnya. Selain itu, arus lingkaran yang dimaksud mencakup proses produksi secara berulang yang menyangkut mata rantai produksi, pemasaran, dan konsumsi.
Aliran fisiokrat lahir di Perancis yang dipelopori oleh Francois Quesnay (1694–1774). Profesi awalnya adalah seorang dokter, dan sangat ahli dalam ilmu bedah. Ia mendalami bidang ekonomi setelah diangkat menjadi anggota “Academic des Sciences”, sebuah lembaga ilmiah yang sangat terkenal di masa itu.
Dalam bukunya yang berjudul Tableu Economique, Quesnay menjelaskan mengenai arus perekonomian yang dianalogikan dengan kehidupan biologis tubuh manusia yang harmonis, seperti aliran darah.
Di dalam Tableau Economique, F. Quesnay membagi kehidupan masyarakat menjadi empat kelas sebagai berikut:
-
Kelas masyarakat produktif (la classe productive), yaitu masyarakat yang bekerja di lapangan pertanian, peternakan, dan pertambangan.
-
Kelas tuan tanah (la classe propietaire), yaitu pemilik-pemilik tanah yang menerima penghasilan dari sewa tanahnya.
-
Kelas yang steril (la classe sterile), yaitu mereka yang mempunyai pekerjaan bebas, seperti perdagangan dan perindustrian.
-
Kelas masyarakat yang tidak produktif (pasif), yaitu mereka yang bekerja dalam lapangan pekerjaan dan menerima upah atau gaji.
Quesnay menunjuk bahwa alam yaitu tanah, sebagai satu-satunya sumber kemakmuran masyarakat, termasuk di dalamnya kegiatan pertanian, peternakan, dan pertambangan. Sementara itu menurut Quesnay, kegiatan industri dan perdagangan tidaklah produktif. Kegiatan industri hanya mengubah bentuk dan sifat barang, sedangkan perdagangan hanya memindahkan barang.
Dari keempat kelas di atas, yang paling berjasa adalah kelas pertama yakni pengolah tanah karena memberikan sumber kemakmuran. Karena petani adalah golongan masyarakat yang paling produktif, maka ia menganjurkan agar kebijaksanaan-kebijaksanaan yang diambil oleh pemerintah harus ditujukan terutama untuk meningkatkan taraf hidup para petani, bukan memberi hak-hak khusus kepada pemilik tanah dan para saudagar seperti yang selama ini dinikmati pada masa merkantilisme.
Karya Quesnay yang paling terkenal ialah diagram zig zag Quesnay, yang pertama kali terbit pada 1758. Diagram yang terdapat dalam Tableau Economique tersebut menarik minat banyak orang dan menimbulkan kontroversi selama beberapa tahun. Diagram ini dipuji sebagai rintisan paling awal bagi pengembangan banyak tabel dalam ekonomi modern: ekonometrik, multiplier Keynes, analisis input-ouput, diagram aliran sirkular, dan model keseimbangan umum Walras.
Diagram di atas merupakan pandangan “makro” tentang ekonomi, tanpa mengacu pada harga. Meskipun demikian, tak seorang pun yang tahu pasti arti dari tabel ini. Sebagai juru bicara utama kaum fisiokrat, Quesnay mengajukan pikiran yang keliru yang menyatakan bahwa pertanian adalah satu-satunya pengeluaran yang “produktif” sedangkan industri sebagai bidang yang “mandul”.
Meski pendapatnya kontroversial, Adam Smith menganggap Quesnay sebagai “pengarang yang berbakat dan cerdas” yang mempromosikan slogan populer, “Laissez faire, laissez passer”, sebuah frasa yang didukung sepenuhnya oleh Smith. Sebagai pemimpin fisiokrat, Quesnay menentang merkantilisme Perancis, proteksionisme, dan kebijakan intervensionis negara. Tetapi, The Wealth of Nations menentang premis dasar fisiokrat yang menyatakan bahwa yang menjadi sumber kekayaan adalah pertanian, bukan industri dan perdagangan.
Sumber Rujukan:
Ahman, Eeng. 2001. Ekonomi: Untuk SMU Kelas III. Bandung: Grafindo Media Pratama.
Firmansyah. 2007. Sejarah Pemikiran Ekonomi. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Nugroho, Bayu. 2014. Sejarah Pemikiran Ekonomi Pra-Klasik. Yogyakarta: Makalah Sejarah Pemikiran Ekonomi pada Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia.
Skousen, Mark. 2005. Sejarah Pemikiran Ekonomi: Sang Maestro Teori-Teori Ekonomi Modern. Jakarta: Prenada.