Jika kita diminta untuk menilai kondisi ekonomi seseorang, maka salah satu ukuran yang dilihat adalah berapa banyak pendapatannya. Seseorang yang memiliki pendapatan tinggi secara umum memiliki kondisi ekonomi yang lebih baik dan relatif mudah mencukupi berbagai kebutuhan hidupnya.
Logika yang sama juga berlaku untuk perekonomian secara keseluruhan. Untuk menilai apakah suatu perekonomian (negara) tergolong kaya atau miskin, hal pertama yang dilihat adalah berapa banyak pendapatan total dari semua orang yang tinggal di negara tersebut. Total pendapatan inilah yang kita kenal dengan pendapatan nasional.
Pengertian Pendapatan Nasional
Para ekonom secara umum menggunakan istilah Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product/GDP) untuk menunjukkan berapa besar pendapatan yang dimiliki sebuah perekonomian. GDP adalah nilai pasar dari semua barang jadi dan jasa yang diproduksi di suatu negara selama kurun waktu tertentu (biasanya satu tahun).
Dari pengertian tersebut, kita bisa menelaah lebih jauh mengenai apa itu GDP dengan mempelajari frase-frase yang terdapat dalam definisi di atas.
1) GDP adalah Nilai Pasar …
Untuk menghitung GDP, produk-produk yang dihasilkan dihitung menurut harga pasar. Karena harga pasar pada dasarnya adalah jumlah yang mau dibayarkan seseorang untuk memperoleh suatu barang. Dengan kata lain, harga itu mencerminkan nilai barang yang bersangkutan.
2) Dari Semua …
Penghitungan GDP haruslah bersifat komprehensif. GDP mencakup semua hal yang diproduksi oleh perekonomian dan dijual secara legal di pasar. Aktivitas ekonomi yang bersifat ilegal, seperti penjualan barang di pasar gelap, tidak dimasukkan dalam penghitungan GDP.
Tidak hanya barang, GDP juga mencakup nilai pasar jasa yang ada dalam perekonomian. Namun ada beberapa aktivitas yang tidak dihitung dalam GDP, antara lain kegiatan-kegiatan produktif yang tidak melalui pasar: produk atau jasa yang dihasilkan sendiri dan dipakai sendiri. Jadi, nilai buah-buahan yang kamu beli di minimarket termasuk dalam GDP. Namun, nilai buah-buahan yang kamu tanam di pekarangan dan kamu makan sendiri, tidak akan dapat masuk dalam penghitungan GDP.
Dari sini kemudian muncullah paradoks. Sebagai contoh, ketika Marry membayar Joe untuk memperbaiki mobilnya, transaksi ini masuk dalam catatan GDP. Namun ketika Marry dan Joe menikah, situasinya berubah. Meskipun Joe tetap memperbaiki mobil Marry, nilai atas jasa ini tidak lagi tercatat dalam GDP, karena jasa Joe memang tidak dijual lagi di pasar. Akibatnya, ketika Joe menikah dengan Marry, GDP mengalami penurunan. Unik ya?
3) Barang Jadi …
GDP hanya mencatat nilai pasar dari barang jadi/produk akhir (final goods). Sementara nilai barang antara (intermediate goods) tidak dimasukkan dalam GDP. Untuk lebih jelasnya, simak penjelasan berikut.
Misalnya: kapas (nilainya 10) diolah menjadi benang (nilainya 20), kemudian diolah lagi menjadi kain (nilainya 40), dan diolah lagi menjadi pakaian (nilainya 100). Dalam hal ini, kapas, benang, dan kain disebut sebagai barang antara, sedangkan pakaian termasuk barang akhir.
Dari informasi tersebut, maka nilai barang yang dimasukkan dalam GDP adalah sebesar 100 (nilai dari barang akhir). Mengapa demikian? Alasannya adalah bahwa nilai dari barang antara itu sudah termasuk dalam harga jual barang akhir. Jika nilai antara dimasukkan juga ke dalam GDP, maka akan menimbulkan pencatatan ganda (double counting). Yaitu, perhitungan GDP atas kapas, benang, dan kain akan tercatat dua kali, dan itu tidak benar.
Cara lain yang dapat digunakan untuk menghindari penghitungan ganda adalah dengan menjumlahkan nilai tambah (added value) dalam setiap proses produksi. Kapas nilai tambahnya 10, diolah jadi benang, nilainya bertambah 10. Benang kemudian diolah lagi menjadi kain sehingga nilainya bertambah 20. Lalu, kain diolah menjadi pakaian sehingga nilainya bertambah 60. Jika kita jumlahkan semua nilai tambah tersebut, 10 + 10 + 20 + 60, maka nilainya menjadi sebesar 100.
4) Berbagai Barang dan Jasa yang Diproduksi …
GDP mencakup produk berwujud (makanan, minuman, pakaian) maupun yang tidak berwujud (jasa perbaikan mobil, pembersihan rumah, perawatan dokter). Namun GDP hanya mencatat berbagai barang dan jasa tersebut yang diproduksi pada suatu waktu (misalnya tahun 2022) dan mengabaikan berbagai barang dan jasa yang diproduksi pada waktu-waktu sebelumnya.
Ketika PT. Astra Internasional membuat mobil baru dan menjualnya, maka harga penjualannya tercatat dalam GDP. Tetapi ketika seseorang menjual mobil bekas kepada orang lain, maka nilai atau harga jual-beli mobil bekas itu tidak lagi tercatat dalam GDP.
5) Di Suatu Negara …
GDP hanya menghitung nilai barang dan jasa yang dihasilkan di wilayah suatu negara saja. Ketika seorang warga negara Indonesia bekerja untuk sementara di Singapura, maka nilai pekerjaan atau produksinya itu dihitung sebagai GDP Singapura. Demikian pula, jika seorang warga negara Filipina bekerja di Indonesia, maka produksinya dihitung ke dalam GDP negara di mana ia bekerja (GDP Indonesia).
6) Dalam Kurun Waktu Tertentu
GDP mengukur nilai produksi yang dilakukan pada jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun atau satu kwartal. Jadi ketika Pemerintah menyajikan data GDP tahun tertentu, itu berarti Pemerintah hanya memuat data-data selama kurun waktu itu saja.
Konsep Pendapatan Nasional
Dalam menjelaskan pendapatan nasional ada beberapa konsep yang harus kamu pahami selain GDP, antara lain sebagai berikut.
Gross National Product (GNP)
GNP adalah nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat suatu negara dalam periode tertentu, biasanya satu tahun, termasuk di dalamnya barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat negara tersebut yang berada di luar negeri.
GNP = GDP – Pendapatan faktor produksi milik warga negara asing di dalam negeri suatu negara + pendapatan faktor produksi warga suatu negara di luar negeri
Selisih antara Pendapatan faktor produksi milik warga negara asing di dalam negeri suatu negara dengan pendapatan faktor produksi warga suatu negara di luar negeri disebut juga dengan Pendapatan Neto atas Faktor Luar Negeri (net factor income).
Net National Product (NNP)
NNP adalah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat dalam periode tertentu, setelah dikurangi penyusutan (depresiasi) dan barang pengganti modal.
NNP = GNP – Penyusutan
Net National Income (NNI)
NNI adalah jumlah seluruh penerimaan yang diterima oleh masyarakat setelah dikurangi pajak tidak langsung (indirect tax) dan ditambah subsidi.
NNI = NNP – Pajak tidak langsung + subsidi
Personal Income (PI)
PI adalah jumlah seluruh penerimaan yang diterima masyarakat yang benar-benar sampai ke tangan masyarakat setelah dikurangi oleh laba ditahan, iuran asuransi, iuran jaman sosial, pajak perseorangan, dan ditambah dengan transfer payment.
PI = (NNI + transfer payment) – (laba ditahan + iuran asuransi + iuran jaminan sosial + pajak perseroan)
Disposable Income (DI)
DI adalah pendapatan yang diterima masyarakat yang sudah siap dibelanjakan oleh penerimanya.
DI = PI – Pajak langsung
Metode Penghitungan Pendapatan Nasional
Pendapatan nasional sering dianggap sebagai ukuran terbaik dari kinerja perekonomian. Terdapat tiga metode/pendekatan yang dapat digunakan untuk menghitung pendapatan nasional, yaitu metode produksi, pendapatan, dan pengeluaran.
1) Metode Produksi
Menurut metode ini, pendapatan nasional dihitung dengan cara menjumlahkan nilai akhir barang dan jasa yang dihasilkan oleh sebuah perekonomian untuk suatu periode waktu tertentu. Berikut ini cara penghitungan pendapatan nasional dengan metode produksi:
Y = (Pa × Qa) + (Pb × Qb) + … + (Pn × Qn)
Dalam praktiknya, untuk menghitung pendapatan nasional dengan metode produksi, ekonom akan membagi-bagi perekonomian menjadi beberapa sektor produksi. Jumlah output masing-masing sektor tersebut kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan nilai pendapatan nasional.
2) Metode Pendapatan
Metode pendapatan memandang nilai output perekonomian sebagai nilai total balas jasa atas faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi. Menurut metode ini, pendapatan nasional dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh pendapatan (upah, sewa, bunga, dan laba) yang diterima rumah tangga konsumsi dalam suatu negara selama satu periode tertentu atas faktor-faktor produksi yang diberikan kepada perusahaan.
Berikut ini cara penghitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pendapatan:
Y = w + r + i + p
di mana:
Y = yield (pendapatan nasional)
w = wages (upah)
r = rent (sewa)
i = interest (bunga)
p = profit (p)
3) Metode Pengeluaran
Menurut metode ini, pendapatan nasional dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh empat pelaku kegiatan ekonomi negara. Berikut ini cara penghitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran:
Y = C + I + G + (X-M)
Konsumsi (consumption/C) adalah pengeluaran rumah tangga atas berbagai barang dan jasa. Conrohnya adalah saat kamu membeli makan siang di sebuah rumah makan. Investasi (investment/I) adalah pembelian atas berbagai peralatan modal, persediaan, dan struktur bisnis, seperti pembelian gedung atau pabrik baru. Investasi juga mencakup pembelian rumah baru oleh rumah tangga dengan tujuan investasi, bukan konsumsi.
Belanja pemerintah (government spending/G) mencakup seluruh pengeluaran atas berbagai barang dan jasa yang dilakukan oleh pemerintah. Adapun ekspor neto (net export/X-M) merupakan pembelian oleh pihak asing atas berbagai barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri (ekspor) dikurangi oleh pembelian penduduk setempat atas berbagai barang dan jasa yang diproduksi di luar negeri (impor).
GDP Riil vs GDP Nominal
Seperti baru saja kita pelajari, GDP dapat diketahui dengan menghitung nilai output total barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu perekonomian. Jika kita merujuk pada rumus pendapatan nasional dengan metode produksi, maka GDP bisa meningkat karena harga meningkat atau karena jumlah produk meningkat.
Andaikan jumlah output tidak berubah, sementara seluruh harga digandakan, maka GDP akan berlipat ganda. Apakah ini berarti perekonomian tersebut menjadi bertambah makmur? Tentu tidak benar untuk mengatakan bahwa kemakmuran perekonomian meningkat dua kali lipat, karena jumlah setiap produk yang diproduksi tetap sama. Para ekonom menyebut nilai barang dan jasa yang dikukur dengan harga berlaku sebagai GDP nominal (nominal GDP).
Ukuran ekonomi yang lebih baik adalah apa yang kita kenal sebagai GDP riil (real GDP). GDP riil menghitung output perekonomian tanpa memperhatikan perubahan harga. Nilai barang dan jasa diukur dengan menggunakan harga konstan. Dengan kata lain, GDP riil menunjukkan apa yang akan terjadi terhadap pengeluaran pada output jika jumlah berubah tetapi harga tidak.
Untuk melihat bagaimana GDP nominal dan GDP riil dihitung, bayangkan sebuah perekonomian yang hanya memproduksi dua macam barang, yaitu roti dan kue.
Tabel 1
Tahun | Harga Roti | Jumlah Roti | Harga Kue | Jumlah Kue |
2020 | $1 | 100 | $2 | 50 |
2021 | $2 | 150 | $3 | 100 |
2022 | $3 | 200 | $4 | 150 |
Tabel 1 memperlihatkan data produksi roti dan kue selama tiga tahun berturut-turut. Untuk menghitung GDP nominal dilakukan dengan cara berikut:
2020 → ($1 × 100) + ($2 × 50) = $200
2021 → ($2 × 150) + ($3 × 100) = $600
2022 → ($3 × 200) + ($4 × 150) = $1.200
Dari hasil perhitungan di atas, terlihat bahwa GDP nominal naik dari $200 menjadi $600, dan lagi menjadi $1.200. Kenaikan ini dikarenakan adanya peningkatan kuantitas produksi roti dan kue. Namun, ada unsur lain penting lain yang menyebabkan kenaikan GDP nominal ini, yaitu kenaikan harga.
Namun untuk mengetahui produksi yang sesungguhnya setiap tahun, ekonom umumnya menggunakan konsep GDP riil. Berikut cara perhitungannya, dengan asumsi 2020 sebagai tahun dasar.
2020 → ($1 × 100) + ($2 × 50) = $200
2021 → ($1 × 150) + ($2 × 100) = $350
2022 → ($1 × 200) + ($2 × 150) = $500
Pada perhitungan GDP riil di atas, harga di tahun 2020 digunakan sebagai dasar untuk membandingkan kuantitas produksi pada berbagai tahun. Hasilnya adalah terdapat kenaikan nilai produksi barang dari $200 menjadi $350, dan naik lagi menjadi $500. Dan kita tahu bahwa kenaikan ini semata-mata berkat kenaikan kuantitas produksi, karena harga yang kita hitung adalah harga konstan (harga tahun dasar) tahun 2020.
Jadi dapat disimpulkan bahwa GDP nominal menggunakan harga-harga yang tengah berlaku untuk menghitung nilai barang dan jasa yang diproduksi. Sementara GDP riil menggunakan harga konstan pada tahun dasar untuk menghitung nilai nilai produksi barang dan jasa.
Deflator GDP
Deflator GDP disebut juga dengan deflator harga implisit untuk GDP, didefinisikan sebagai rasio GDP nominal terhadap GDP riil.
Deflator GDP mengukur tingkat harga yang tengah berlaku relatif terhadap tingkat harga pada tahun dasar. Ia mencerminkan apa yang sedang terjadi pada seluruh tingkat harga dalam perekonomian.
Jika kita gunakan data tabel 1, di tahun 2020, GDP nominal sama dengan GDP riil yaitu sebesar $200 (deflator GDP sebesar 100). Untuk Tahun 2021, GDP nominal adalah $600, sedangkan GDP riil adalah $350, sehingga deflator GDP-nya 171. Karena deflator GDP meningkat dari 100 menjadi 171, dapat kita simpulkan bahwa secara umum telah terjadi kenaikan harga sebesar 71 persen.
Kemampuan untuk memantau tingkat harga-rata dalam suatu perekonomian, membuat deflator GDP sering dipakai sebagai salah satu alat untuk mengukur inflasi.