Manusia sebagai makhluk hidup tentu memiliki kebutuhan. Dan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, manusia melakukan kegiatan konsumsi. Misalnya dengan mengonsumsi makanan, minuman, pakaian, menggunakan kendaraan, dan sebagainya.
Bagaimana rumah tangga memutuskan berapa banyak pendapatan mereka yang akan dikonsumsi saat ini dan berapa banyak yang ditabung untuk masa depan? Ini adalah pertanyaan mikroekonomi yang bisa mengarahkan perilaku para pengambil keputusan individu. Tetapi jawabannya mengandung konsekuensi makroekonomi, karena keputusan konsumsi rumah tangga mempengaruhi keseluruhan perilaku di sebuah perekonomian.
Pengeluaran konsumsi sangat penting peranannya dalam pertumbuhan ekonomi, karena ia menentukan permintaan agregat. Besarnya konsumsi mencapai lebih dari separuh GDP, sehingga fluktuasi dalam konsumsi menjadi faktor penting bagi kenaikan maupun goncangan terhadap perekonomian.
Mungkin banyak orang sudah tahu bahwa besarnya konsumsi sangat terkait erat dengan besar kecilnya pendapatan. Namun penjelasan tersebut terlalu sederhana untuk memberikan penjelasan lengkap tentang perilaku konsumen. Dalam tulisan kali ini kita akan mengkaji fungsi konsumsi secara lebih rinci dan mengembangkan penjelasan yang lebih lengkap tentang apa yang menentukan konsumsi agregat.
Dugaan Keynes Atas Perilaku Konsumsi Rumah Tangga
Kita mulai studi konsumsi ini dengan General Theory-nya John Maynard Keynes, yang diterbitkan pada tahun 1936. Keynes membuat fungsi konsumsi sebagai pusat teori fluktuasi makroekonominya, dan pemikirannya tersebut telah memainkan peran penting dalam analisis makroekonomi sampai saat ini.
Dugaan pertama, Keynes menganggap bahwa kecenderungan mengkonsumsi marjinal (marginal propensity to consume/MPC) besarnya adalah antara nol sampai satu. MPC sendiri menggambarkan jumlah yang dikonsumsi dari setiap dolar tambahan.
Dalam bukunya, Keynes menulis: “hukum psikologis fundamental, dengan apa kita dinisbahkan untuk bergantung pada keyakinan yang besar … adalah bahwa manusia diatur, sebagai sebuah peraturan atau berdasarkan rata-rata, untuk meningkatkan konsumsi ketika pendapatan mereka naik, tapi tidak sebanyak kenaikan dalam pendapatan mereka”. Artinya, ketika orang-orang menerima dolar (pendapatan) ekstra, ia biasanya mengkonsumsi sebagian dan menabung sebagian.
Dari uraian yang dikemukakan oleh Keynes, dapat disimpulkan bahwa tambahan konsumsi tidak akan lebih besar daripada tambahan pendapatan disposibel, sehingga angka MPC tidak akan lebih besar dari satu. Angka MPC juga tidak mungkin negatif, karena jika pendapatan disposibel terus meningkat, konsumsi pun akan ikut meningkat.
Kedua, Keynes menyatakan bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan, yang disebut kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (average propensity to consume/APC), turun ketika pendapatan naik. Ia menganggap bahwa tabungan adalah “kemewahan”. Keynes berharap orang kaya menabung dengan proporsi yang lebih tinggi dari pendapatan mereka ketimbang orang miskin.
Ketiga, Keynes berpendapat bahwa pendapatan merupakan determinan konsumsi yang penting, sedangkan tingkat bunga tidak memiliki peran penting. Dugaan ini berlawanan dengan kepercayaan dari para ekonom Klasik, yang berpendapat bahwa tingkat bunga yang lebih tinggi mendorong tabungan dan menghambat konsumsi.
Keynes menyatakan bahwa pengaruh tingkat bunga terhadap konsumsi hanya sebatas teori. Tapi ia menulis bahwa “menurut saya kesimpulan utama yang diberikan oleh pengalaman, adalah bahwa pengaruh periode pendek tingkat bunga atas pengeluaran individu dari pendapatannya bersifat sekunder dan relatif tidak penting”.
Berdasarkan tiga dugaan tersebut, fungsi konsumsi Keynes sering ditulis sebagai:
C = a + bY, a > 0, 0 < b < 1
di mana C adalah konsumsi, Y adalah pendapatan disposibel, a adalah konsumsi otonom, dan b adalah kecenderungan mengkonsumsi marjinal (MPC). Fungsi konsumsi ini ditunjukkan dalam Gambar 1, yang digambarkan sebagai garis lurus.
Gambar 1 di atas menunjukkan grafik konsumsi yang berbentuk garis lurus. Kurva konsumsi yang sudut kemiringannya lebih kecil daripada 45º menunjukkan bahwa MPC tidak mungkin lebih besar dari satu. Hal ini terlihat besarnya besarnya ΔC yang selalu lebih kecil dibanding ΔY.
Perlu kamu ketahui bahwa bentuk kurva fungsi konsumsi ini menunjukkan tiga alasan yang dinyatakan oleh Keynes. Fungsi konsumsi ini memenuhi alasan pertama karena kecenderungan mengkonsumsi marjinal b adalah antara nol sampai satu, sehingga pendapatan yang lebih tinggi menyebabkan konsumsi yang lebih tinggi dan juga tabungan yang lebih tinggi.
Fungsi konsumsi ini juga memenuhi alasan kedua Keynes karena kecenderungan mengkonsumsi rata-rata APC adalah
APC = C/Y = a/Y + b
Ketika Y meningkat, a/Y turun, dan begitu pula kecenderungan mengkonsumsi rata-rata C/Y turun. Dan akhirnya, fungsi konsumsi ini memenuhi alasan ketiga karena tingkat bunga tidak dimasukkan dalam persamaan ini sebagai determinan konsumsi.
Pembuktian Empiris
Segera setelah Keynes memperkenalkan fungsi konsumsi, para ekonom mulai mengumpulkan dan mengkaji data untuk menguji dugaan-dugaannya. Studi paling awal mengindikasikan bahwa fungsi konsumsi Keynes adalah pendekatan yang baik tentang bagaimana konsumen berperilaku.
Dalam beberapa studi ini, para peneliti mensurvei rumah tangga dan mengumpulkan data tentang konsumsi dan pendapatan. Mereka menemukan bahwa rumah tangga dengan pendapatan yang lebih tinggi mengkonsumsi lebih banyak, dan menegaskan kecenderungan mengkonsumsi marjinal kurang dari satu.
Selain itu, para peneliti juga menemukan bahwa rumah tangga berpendapatan lebih tinggi menabung dalam proporsi yang lebih besar. Jadi, data ini memperjelas dugaan Keynes tentang kecenderungan mengkonsumsi marjinal dan rata-rata.
Dalam buku Teori Makro Ekonomi edisi keempat karya N. Gregory Mankiw disebutkan bahwa para peneliti dalam studi lain mengkaji data agregat atas konsumsi dan pendapatan untuk periode antara dua Perang Dunia. Data ini juga mendukung fungsi konsumsi Keynesian.
Dalam tahun-tahun ketika pendapatan tidak biasanya rendah, seperti selama saat-saat terburuk Depresi Besar, baik konsumsi maupun tabungan adalah rendah, yang menunjukkan bahwa kecenderungan mengkonsumsi marjinal antara nol dan satu. Selain itu, selama tahun-tahun pendapatan rendah itu, rasio konsumsi terhadap pendapatan adalah tinggi, yang mengkonfirmasi dugaan kedua Keynes.
Akhirnya, karena korelasi antara pendapatan dan konsumsi juga begitu kuat, tidak ada variabel lain yang muncul menjadi penting untuk menjelaskan konsumsi. Jadi, data itu juga mengkonfirmasi dugaan ketiga Keynes bahwa pendapatan adalah determinan primer dari berapa banyak orang yang memilih untuk mengkonsumsi.