Salah satu karakteristik dari pasar oligopoli adalah adanya saling ketergantungan (interdependent) antar penjual/produsen. Setiap perusahaan harus membuat perhitungan yang cermat atas reaksi perusahaan lain apabila ia akan menurunkan atau menaikkan harga jual barangnya. Dalam pasar oligopoli, setiap penjual menyadari bahwa apabila satu di antara mereka mengubah harga jualnya, tindakan tersebut akan sangat mempengaruhi penjualan perusahaan lainnya.
Perilaku produsen yang saling bersaing di pasar oligopoli dapat digambarkan dalam sebuah kurva yang disebut Kurva Permintaan Patah (Kinked Demand Curve). Untuk mempelajari mengapa bentuk kurva permintaan tersebut patah, akan dijelaskan pada uraian berikut ini.
Apa itu Kurva Permintaan Patah?
Di pasar oligopoli, setiap perusahaan tahu bahwa jika mereka menurunkan harga jual produknya, maka tindakan tersebut akan segera diikuti oleh para kompetitornya. Tindakan balasan tersebut muncul karena perusahaan lain akan kehilangan pelanggan, karena sebagian dari pelanggan mereka akan membeli produk yang harganya lebih rendah. Keadaan ini akan mendorong perusahaan lain menurunkan harga, untuk menjaga agar pelanggan mereka tidak beralih ke perusahaan lain yang menjual produknya lebih murah.
Lalu bagaimana reaksi perusahaan lain apabila ada satu perusahaan menaikkan harga jualnya? Apabila satu perusahaan menaikkan harga jual produknya, maka harga produk kompetitornya secara relatif jadi lebih murah. Sebagai akibatnya, perusahaan yang menaikkan harga akan kehilangan pelanggan, karena sebagian pelanggan tersebut beralih ke perusahaan yang tidak menaikkan harga jual produknya. Dengan demikian, tidak ada alasan bagi perusahaan lain untuk mengubah harga produknya.
Paul Sweezy, ekonom asal Amerika Serikat, mencoba menjelaskan mengenai perilaku perusahaan-perusahaan oligopoli secara grafis dengan membuat sebuah kurva yang disebut Kurva Permintaan Patah (Kinked Demand Curve). Ide pokok dari kurva ini adalah bahwa jika satu perusahaan menurunkan harga, maka perusahaan lain akan melakukan hal yang sama. Tapi jika satu perusahaan menaikkan harga, perusahaan lain tidak akan mengikuti.
Ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi agar model kurva permintaan patah ini bisa berlaku, antara lain:
-
Hanya ada beberapa perusahaan di pasar.
-
Setiap perusahaan memproduksi produk yang relatif sama (close-substitute products).
-
Kualitas tiap-tiap produk adalah sama, dan perusahaan tidak melakukan promosi melalui iklan.
-
Harga jual tiap-tiap produk sudah tertentu.
-
Setiap perusahaan percaya bahwa jika ia menurunkan harga, maka tindakan tersebut akan diikuti oleh kompetitornya. Tapi jika ia menaikkan harga, para kompetitornya tidak akan mengikuti tindakan tersebut. Dengan demikian akan muncul dua reaksi berbeda.
Kurva Permintaan yang Dihadapi Perusahaan Oligopoli
Untuk membentuk kurva permintaan patah, perhatikan kurva permintaan yang dihadapi suatu perusahaan oligopoli yang saling bersaing berikut ini!
Dalam Gambar 1 ditunjukkan kurva permintaan yang dihadapi oleh perusahaan oligopoli yang tidak melakukan persepakatan. Kurva D1 menggambarkan permintaan yang dihadapi suatu perusahaan oligopoli apabila dimisalkan perusahaan-perusahaan lain tidak melakukan perubahan harga walaupun perusahaan pertama melakukan hal itu (mengubah harga).
Sementara itu kurva D2 menggambarkan permintaan yang dihadapi suatu perusahaan oligopoli apabila dimisalkan perubahan harga yang dilakukannya akan diikuti dengan langkah yang sama oleh perusahaan-perusahaan lain. Kemudian harga awal yang berlaku di pasar yaitu sebesar P0, jumlah yang diminta sebesar Q0, dan kondisi awal ditunjukkan oleh titik E.
Apabila satu perusahaan menurunkan harga produknya ke P1, maka jumlah yang diminta akan bertambah ke tingkat seperti ditunjukkan oleh titik C1, Pertambahan besar ini disebabkan oleh dua faktor: (1) pelanggan perusahaan lain yang menghasilkan barang sejenis akan beralih membeli barang yang harganya turun, dan (2) sebagian konsumen membatalkan konsumsinya ke atas barang pengganti, dan menambah konsumsi ke atas barang yang mengalami penurunan harga tersebut.
Akan tetapi apabila perusahaan lain dalam pasar oligopoli tersebut mengikuti jejak perusahaan yang pertama, yaitu juga menurunkan harga, jumlah barang yang diminta hanya akan bertambah sampai ke tingkat seperti yang ditunjukkan oleh titik C. Jadi tambahan pelanggan akan terbagi ke perusahaan pertama dan ke perusahaan-perusahaan lain yang ikut menurunkan harga. Dengan demikian tidak ada kenaikan kuantitas yang berarti bagi perusahaan yang pertama kali menurunkan harga.
Hal yang sama juga akan berlaku apabila harga turun lebih lanjut ke P2, Tanpa adanya reaksi dari perusahaan-perusahaan lain, jumlah barang yang diminta akan bertambah ke tingkat yang ditunjukkan oleh titik B1, Sedangkan apabila perusahaan-perusahaan lain turut menurunkan harga, maka pertambahan jumlah barang yang diminta hanya akan mencapai seperti yang ditunjukkan oleh titik B.
Lalu bagaimana jika keadaan sebaliknya terjadi? Misal perusahaan pertama menaikkan harga ke P3. Apabila perusahaan-perusahaan lain tidak mengubah harganya dan tetap menjual dengan harga P0, maka perusahaan yang menaikkan harga akan kehilangan banyak pelanggan. Pada harga P3, besarnya jumlah barang yang diminta adalah seperti yang ditunjukkan titik A1.
Akan tetapi, apabila perusahaan-perusahaan lain juga turut menaikkan harga, perusahaan yang pertama menaikkan harga tidak akan kehilangan pelanggan. Ia dapat menjual barangnya sampai ke tingkat yang ditunjukkan oleh titik A.
Kurva Permintaan dan Kurva Penerimaan Marjinal di Pasar Oligopoli
Setelah kita tahu bagaimana tindakan satu perusahaan akan direspon oleh perusahaan lainnya, pertanyaannya sekarang adalah: kurva permintaan yang bagaimanakah yang paling mungkin dihadapi oleh suatu perusahaan oligopoli?
Suatu hal wajar jika kita beranggapan bahwa tidak ada perusahaan yang ingin kehilangan pelanggannya dan merasa gembira mendapat pelanggan baru. Dengan demikian, apabila suatu perusahaan oligopoli mengubah harga penjualannya, reaksi perusahaan adalah seperti berikut: (1) mereka akan turut menurunkan harga apabila perusahaan lain menurunkan harga supaya tidak kehilangan pelanggan, dan (2) mereka tidak akan turut menaikkan harga apabila perusahaan lain menaikkan harga.
Karena reaksi perusahaan-perusahaan lain adalah seperti itu sifatnya, maka bentuk kurva permintaan yang dihadapi perusahaan oligopoli adalah kurva permintaan yang patah di titik E seperti ditunjukkan oleh kurva D1ED2 dalam Gambar 2 berikut ini.
Apabila kurva permintaan (garis D1ED2) berbentuk patah/bengkok, bagaimana bentuk kurva penerimaan marjinalnya? Kurva MR1 adalah kurva penerimaan marjinal apabila kurva permintaannya adalah D1, dan Kurva MR2 adalah kurva penerimaan marjinal apabila kurva permintaannya adalah D2. Dengan demikian, oleh karena kurva permintaan yang dihadapi perusahaan adalah patah (garis D1ED2), maka kurva penerimaan marjinal adalah kurva MR1 yang ditebalkan (dari atas hingga ke titik B1) dan kurva MR2 yang ditebalkan (dari titik B2 ke bawah).
Menggambar Kurva Permintaan Patah
Dengan memanfaatkan kurva pada Gambar 2, kita bisa menggambarkan bentuk kurva permintaan patah sebagaimana ditunjukkan Gambar 3 berikut ini.
Bermula dari harga P0, perusahaan berasumsi bahwa jika ia menaikkan harga produknya, tidak ada (paling tidak, tidak semua) perusahaan lain yang turut menaikkan harga. Permintaannya bersifat elastis sehingga bagian kurva permintaan di atas P0 cenderung landai. Sebaliknya, ketika perusahaan menurunkan harga produknya, tindakan tersebut akan direspon perusahaan lain dengan melakukan hal yang sama. Permintaannya menjadi bersifat kurang elastis sehingga bagian kurva permintaan di bawah P0 cenderung curam.
Karena bentuk kurva permintaannya patah, maka kurva penerimaan marjinal pun terlihat seperti patah. Kurva penerimaan marjinal bagian atas nampak lebih landai dibanding kurva penerimaan marjinal bagian bawah. Dan kurva penerimaan marjinal tersebut sempat terputus pada tingkat output Q0.