Pada tulisan sebelumnya, kita sudah membahas banyak hal mengenai karakteristik pasar monopolistik. Sama halnya dengan pasar oligopoli, pasar monopolistik merupakan suatu struktur pasar yang terletak di antara dua titik ekstrem, yaitu pasar persaingan sempurna dan pasar monopoli. Namun di antara pasar oligopoli dan pasar monopolistik terdapat perbedaan yang mencolok.
Oligopoli berbeda dengan pasar persaingan sempurna (ideal), karena dalam pasar oligopoli itu hanya terdapat sedikit penjual. Terbatasnya jumlah penjual menjadikan tingkat persaingan juga terbatas, dan perusahaan-perusahaan tersebut lebih cenderung melakukan interaksi strategis demi memaksimalkan laba.
Sementara itu dalam pasar monopolistik jumlah penjualnya banyak dan masing-masing berukuran kecil jika dibandingkan dengan ukuran pasar secara keseluruhan. Pasar monopolistik ini juga berbeda dengan pasar persaingan sempurna, yakni masing-masing penjual di pasar monopolistik tersebut menawarkan produk yang sedikit berbeda.
Untuk memahami lebih dalam mengenai pasar monopolistik, kita harus menyimak keputusan-keputusan yang harus diambil oleh suatu perusahaan yang ada di pasar tersebut. Selanjutnya, kita perlu pula mempelajari apa yang akan terjadi dalam jangka pendek dan dalam jangka panjang, di mana setiap penjual di pasar monopolistik bebas keluar-masuk pasar. Setelah itu, kita harus membandingkan ekuilibrium dalam sebuah pasar persaingan sempurna dengan ekuilibrium pada pasar monopolistik.
Ekuilibrium Jangka Pendek
Dalam banyak aspek, setiap perusahaan dalam pasar monopolistik dapat menyerupai perusahaan monopoli. Karena produknya terdiferensiasi (berbeda dengan yang ditawarkan perusahaan lainnya), maka perusahaan itu menghadapi kurva permintaan yang menghadap ke bawah (slope negatif). Hal ini berbeda dengan perusahaan yang berada di pasar persaingan sempurna yang menghadapi kurva permintaan yang berbentuk horizontal.
Gambar 1 berikut memperlihatkan kurva biaya, kurva permintaan, dan kurva penerimaan marjinal dari perusahaan yang beroperasi dalam pasar monopolistik.
Pada gambar di atas, perusahaan mampu memperoleh laba dalam jangka pendek. Kuantitas yang dapat memaksimalkan laba dapat ditemukan pada titik perpotongan antara kurva penerimaan marjinal dengan kurva biaya marjinal. Pada Gambar 1 juga ditunjukkan posisi harga yang melebihi biaya rata-rata, sehingga perusahaan dapat mencetak laba.
Gambar 2 berikut ini menunjukkan kondisi yang berkebalikan. Gambar tersebut memperlihatkan kuantitas produksi yang berbeda berkenaan dengan upaya perusahaan dalam rangka meminimumkan kerugian.
Pada gambar di atas, perusahaan tidak dapat membuat laba positif (mengalami kerugian), karena pada kuantitas produksinya, harga (P) lebih rendah dari biaya rata-rata (AC). Dalam kondisi seperti ini, hal terbaik yang dapat diupayakan perusahaan adalah meminimalkan kerugiannya. Kerugian minimum dapat tercapai ketika kurva penerimaan marjinal berpotongan dengan kurva biaya marjinal.
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa perusahaan di pasar monopolistik, sama halnya dengan perusahaan monopoli, berusaha memaksimalkan laba atau meminimumkan kerugian. Ini dilakukan dengan berproduksi pada suatu tingkat kuantitas di mana penerimaan marjinal sama dengan biaya marjinal. Dengan demikian, bahwa dalam jangka pendek, kedua struktur pasar tersebut (monopoli dan monopolistik) mirip satu sama lain.
Ekuilibrium Jangka Panjang
Situasi yang digambarkan pada Gambar 1 dan 2 tidak akan bertahan lama. Ketika perusahaan di pasar monopolistik mampu menghasilkan laba seperti yang diperlihatkan oleh Gambar 1, maka akan muncul perusahaan-perusahaan baru di pasar itu, karena mereka memang memiliki insentif untuk memasuki pasar tersebut.
Masuknya sejumlah perusahaan baru dengan sendirinya memperbanyak produk yang dapat dipilih oleh para konsumen, sehingga pada akhirnya akan menurunkan permintaan yang dihadapi oleh masing-masing perusahaan yang sudah beroperasi di pasar. Dengan kata lain, adanya laba akan mendorong masuknya sejumlah pendatang baru, dan adanya pendatang baru tersebut menggeser kurva permintaan yang dihadapi oleh perusahaan yang sudah ada ke sebelah kiri. Pergeseran tersebut melambangkan berkurangnya permintaan atas produk perusahaan tersebut, dan jika itu terjadi maka laba perusahaan itu pun akan berkurang.
Sebaliknya, ketika perusahaan itu mengalami kerugian seperti yang diperlihatkan Gambar 2, maka sebagian perusahaan yang ada di pasar itu memiliki insentif untuk keluar. Ketika sejumlah perusahaan keluar maka pilihan yang dimiliki oleh para konsumen pun berkurang. Itu berarti penurunan jumlah perusahaan akan meningkatkan permintaan bagi perusahaan yang masih bertahan di pasar tersebut.
Kerugian yang dialami perusahaan di pasar monopolistik akan mendorong keluarnya sebagian perusahaan, dan hal ini menggeser kurva permintaan bagi perusahaan yang masih ada ke kanan. Pergeseran kurva permintaan ke kanan melambangkan kenaikan permintaan atas produk dari perusahaan yang masih ada, sehingga mereka pun memperoleh laba (atau kerugian mereka berkurang).
Proses keluar-masuknya perusahaan tersebut akan terus berlangsung sampai suatu saat ketika perusahaan-perusahaan yang ada di pasar itu membuat laba ekonomis nol. Gambar 3 di bawah ini menunjukkan ekuilibrium jangka panjang tersebut.
Begitu pasar mencapai posisi ekuilibrium di mana laba adalah sebesar nol, maka tidak ada perusahaan baru yang memiliki insentif untuk memasuki pasar itu. Begitupun sebaliknya, tidak ada insentif bagi perusahaan yang sudah ada untuk keluar darinya.
Perhatikanlah bahwa kurva permintaan pada gambar tersebut menyentuh/menyinggung kurva biaya rata-rata. Secara matematis kita dapat mengatakan bahwa kedua kurva tersebut merupakan tangen satu sama lain. Kedua kurva itu dapat dipastikan menjadi tangen ketika proses keluar-masuknya perusahaan terus berlangsung sampai pada akhirnya laba sama dengan nol.
Karena laba dari setiap unit yang dijual adalah selisih antara harga (ini ditemukan pada kurva permintaan) dan biaya rata-rata, maka laba maksimal akan nol hanya jika kedua kurva tersebut saling bersentuhan tanpa berpotongan.
Laba yang sebesar nol dalam jangka panjang, membedakan pasar monopolistik dengan pasar monopoli. Karena perusahaan monopoli merupakan satu-satunya penjual dari suatu produk yang tidak memiliki substitusi di pasar yang bersangkutan, maka perusahaan tersebut dapat memperoleh laba ekonomi positif, meskipun dalam jangka panjang. Sebaliknya, karena dalam sebuah pasar monopolistik perusahaan bisa keluar-masuk dengan bebas, maka laba ekonomi yang diterima oleh suatu perusahaan di pasar ini selalu terdorong untuk menjadi sama dengan nol.
Pasar Monopolistik vs Pasar Persaingan Sempurna
Untuk membandingkan ekuilibrium jangka panjang di pasar monopolistik dengan ekuilibrium jangka panjang di pasar persaingan sempurna, coba kamu perhatikan Gambar 4 (a) dan (b) berikut ini!
Dari dua gambar tersebut, terdapat dua perbedaan yang perlu diperhatikan, yakni adanya kapasitas yang berlebihan dan markup.
Kapasitas yang Berlebihan
Dalam jangka panjang, proses keluar-masuk mendorong setiap perusahaan di pasar monopolistik menuju suatu titik di mana kurva permintaan dan kurva biaya rata-ratanya merupakan tangen satu sama lain. Panel (a) pada Gambar 4 memperlihatkan bahwa kuantitas output pada titik ini lebih kecil daripada output yang dapat meminimalkan biaya rata-rata. Dengan demikian, pada pasar monopolistik, perusahaan berproduksi pada titik-titik yang terdapat pada bagian melengkung dari kurva biaya rata-ratanya.
Di sinilah terletak perbedaan berikutnya antara pasar monopolistik dengan pasar persaingan sempurna. Seperti diperlihatkan pada panel (b), mudahnya suatu perusahaan keluar-masuk dari/ke pasar kompetitif memaksa perusahaan-perusahaan di pasar ini berproduksi pada biaya rata-rata yang minimum.
Kuantitas produksi yang meminimumkan biaya rata-rata itu disebut sebagai skala efisien (efficient scale) dari perusahaan yang bersangkutan. Dalam jangka panjang, perusahaan yang ada di pasar persaingan sempurna akan selalu terdorong untuk berproduksi pada skala efisien tersebut. Sementara perusahaan di pasar monopolistik akan cenderung berproduksi pada suatu tingkat di bawah skala efisien tersebut.
Karena itulah, perusahaan persaingan monopolistik dikatakan menanggung kapasitas yang berlebihan (excess capacity). Dengan kata lain, tidak seperti perusahaan persaingan sempurna, perusahaan persaingan monopolistik masih dapat meningkatkan kuantitas produksi serta menurunkan biaya rata-rata dalam proses produksinya.
Markup Biaya Marjinal
Perbedaan kedua antara perusahaan persaingan sempurna dengan perusahaan persaingan monopolistik terletak pada hubungan antara harga dan biaya marjinal. Untuk sebuah perusahaan persaingan sempurna sebagaimana diperlihatkan Gambar 4 (b), harga sama dengan biaya marjinal. Sedangkan untuk perusahaan persaingan monopolistik, seperti nampak pada Gambar 4 (a), harga melampaui biaya marjinal. Hal ini dikarenakan perusahaan tersebut sampai batas tertentu memiliki kekuatan pasar (market power).
Lantas apa hubungan antara adanya markup (selisih dari biaya marjinal tersebut) dengan kemudahan masuknya perusahaan ke pasar yang bersangkutan?
Seperti kita ketahui, mudahnya perusahaan-perusahaan memasuki suatu pasar mendorong laba sama dengan nol. Dan kondisi laba nol tersebut mengharuskan harga sama dengan biaya rata-rata. Meskipun demikian, dalam kenyataannya hal itu tidak menjamin bahwa harga selalu sama dengan biaya marjinal.
Namun dalam ekuilibrium jangka panjang, perusahaan persaingan monopolistik akan beroperasi pada bagian menurun dari kurva biaya rata-rata mereka sehingga biaya marjinal akan lebih rendah daripada biaya rata-rata. Itu berarti, agar harga sama dengan biaya rata-rata, maka harus lebih tinggi daripada biaya marjinal.