Mikroekonomi

Kartel: Kolusi di Pasar Oligopoli

Pasar oligopoli merupakan pasar dengan sedikit penjual. Karena itu sifat utamanya yang mencolok adalah kuatnya tarik-menarik antara kerjasama dan kepentingan sepihak di antara perusahaan atau para penjual yang ada di pasar tersebut. Terkadang kelompok perusahaan-perusahaan oligopoli memilih untuk bekerjasama dan menghindari persaingan. Nah, pada saat itulah mereka telah memainkan peran sebagai monopoli.

Dalam kesepakatan dagang antarperusahaan, umumnya masing-masing akan memproduksi output pada tingkat yang rendah dan mengenakan harga di atas biaya marjinal. Kesepakatan tentang produksi dan harga inilah yang disebut sebagai kolusi (collusion), sedangkan perusahaan atau kelompok perusahaan yang melakukannya disebut sebagai kartel (cartel). Begitu sebuah kartel terbentuk, maka struktur pasarnya akan berubah menjadi monopoli.

Pada pembahasan kali ini kita akan menganalisis mengenai terbentuknya kartel, serta bagaimana dampaknya terhadap harga dan jumlah output di pasar oligopoli. 

Pengertian Kartel

Kamu mungkin sudah pernah mendengar kata “kartel” dalam lingkup bisnis dan usaha. Namun apa itu kartel sebenarnya? Samuelson dan Nordhaus dalam buku mereka yang berjudul “Economics” mendefinisikan kartel sebagai berikut:

“Cartel is an organization of independent firms, producing similar products, that work together to raise prices and restrict outputs”. 

Artinya, kartel adalah sebuah organisasi yang terbentuk dari sekumpulan perusahaan-perusahaan independen yang memproduksi produk-produk sejenis, serta bekerja sama untuk menaikkan harga dan membatasi output (produksi). Perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam sebuah kartel sepakat mengatur harga dan tingkat ouput untuk memaksimalkan keuntungan mereka.

Sebenarnya tidak semua produsen dalam satu industri yang sama perlu bergabung dalam kartel. Kenyataannya kebanyakan kartel hanya melibatkan beberapa perusahaan dalam industri. Namun apabila lebih banyak perusahaan yang terlibat dalam kartel, ditambah dengan permintaan yang inelastis, maka kartel mampu untuk mendorong harga naik di atas level kompetitif.

Tujuan Dibentuknya Kartel

Kartel biasanya hadir di pasar oligopoli (atau oligopsoni) dengan sedikit perusahaan, sehingga memudahkan perusahaan-perusahaan tersebut untuk saling bekerjasama. Hal tersebut tentunya akan sulit untuk dilakukan pada struktur persaingan monopolistik.

Perusahaan-perusahaan yang membentuk sebuah kartel umumnya setuju untuk menghindari berbagai praktik persaingan di antara mereka. Mereka lebih memilih untuk bekerjasama mengatur jumlah output yang diproduksi sehingga dapat mencapai kuantitas monopoli. Sebagai hasilnya mereka juga akan memperoleh harga monopoli, dan berkesempatan memaksimalkan laba. 

Kesepakatan dalam kartel biasanya dibuat untuk mengatur pasokan produksi agar tetap rendah, sehingga harga jual produknya bisa tinggi. Agar berjalan efektif, penetapan harga dan kuota produksi tersebut biasanya diikuti dengan adanya pembagian wilayah. Dengan demikian, sebuah perusahaan bisa saja mendapat untung lebih besar dibanding perusahaan lain.

Namun adakalanya, kartel bisa saja mengalami kegagalan. Lalu mengapa beberapa kartel berhasil sementara yang lainnya gagal?

Pada dasarnya ada dua syarat yang harus dipenuhi agar sebuah kartel bisa berhasil. Pertama, suatu organisasi kartel harus dibentuk oleh anggota-anggota yang setuju dengan tingkat harga dan jumlah produksi yang sudah disepakati. Mereka kemudian harus memegang teguh kesepakatan tersebut.

Pada kenyataannya hal tersebut tidaklah mudah dilakukan. Setiap anggota kartel dapat saling berbicara dan mengajukan pendapat untuk menentukan harga dan jumlah produksi. Bagaimanapun tiap-tiap anggota harus menanggung biaya produksi yang berbeda-beda, sehingga mereka pun menginginkan harga jual yang berbeda-beda.

Di samping itu, tidak sedikit pula ditemukan adanya anggota yang “berbuat curang” dengan cara menurunkan sedikit harga jual untuk merebut pangsa pasar yang lebih besar dari yang dialokasikan kepadanya. Apalagi jika sebuah kartel menjadi lebih besar (anggotanya lebih banyak), maka pencapaian dan pemeliharaan kesepakatan dengan sendirinya menjadi lebih sulit dilakukan.

Kedua, adanya potensi/kemungkinan untuk memperoleh kekuatan monopoli (monopoly power). Kekuatan monopoli adalah kemampuan perusahaan untuk menjual produknya dengan harga di atas biaya marjinal. Sulit bagi perusahaan menaikkan harga jika kartel menghadapi kurva permintaan yang sangat elastis. Sebaliknya, jika kurva permintaan yang dihadapi bersifat inelastis, maka masih ada ruang bagi kartel untuk menaikkan harga. Dan potential monopoly power mungkin menjadi syarat paling penting bagi berhasilnya sebuah kartel. 

Jenis-Jenis Kartel

Kartel memiliki jenis-jenis yang beragam. Berikut ini beberapa jenis kartel yang ada di Indonesia dan beberapa negara lainnya.

Kartel Harga

Kartel harga adalah kartel yang dilakukan untuk menetapkan suatu harga pokok minimum dari produk yang dihasilkan. Dalam pelaksanaannya, seluruh anggota yang tergabung dalam suatu kartel dilarang untuk menjual produknya dengan harga yang lebih rendah dibanding harga yang telah disepakati. Mereka boleh menjual produknya pada harga minimum. Namun apabila mereka menjual dengan harga yang lebih tinggi lagi, tetap diperbolehkan, hanya saja risiko ditanggung masing-masing penjual.

Kartel Produksi

Dalam kartel produksi disepakati jumlah maksimum barang yang boleh diproduksi setiap anggota kartel. Tujuan pembatasan jumlah produksi ini yaitu agar tidak terjadi kelebihan produksi (over supply) yang berakibat pada turunnya harga barang. Contoh kartel ini adalah OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries), salah satu kartel terbesar yang mengendalikan suplai minyak dunia.

Kartel Syarat

Kartel syarat adalah kartel yang berkaitan dengan penetapan suatu persyaratan tertentu dalam suatu kegiatan perdagangan maupun bisnis, seperti persyaratan penjualan, standar kualitas produk, standar kemasan, dan juga standar pengiriman barang. Pada dasarnya, kartel jenis ini dilakukan untuk menghadirkan variasi produk dan atributnya demi menghindari persaingan yang terjadi antar tiap produsen.

Kartel Rayon/Wilayah

Kartel rayon/wilayah adalah kartel yang dilakukan dengan membagi wilayah penjualan pada setiap anggota kartel. Dalam hal ini, masing-masing anggota kartel mempunyai daerah tertentu untuk menjual produknya dengan penetapan harga yang sudah disepakati di masing-masing daerah.

Tujuan penetapan daerah pemasaran ini yaitu agar tidak terjadi persaingan antaranggota di rayon yang sama. Dengan adanya kesepakatan seperti ini, maka setiap anggota dilarang untuk menjual produknya ke wilayah lain.

Kartel Kontingentering

Kartel kontingentering adalah suatu penetapan atas volume produksi yang dilakukan guna menguasai ketersediaan produk di pasar. Dalam pelaksanaannya, masing-masing anggota kartel akan diizinkan untuk membuat barang dalam jumlah tertentu.

Jika ada anggota kartel yang memproduksi produk lebih sedikit daripada jatah yang sudah ditetapkan, maka mereka akan mendapatakan suatu hadiah. Namun jika ada anggota yang meningkatkan jumlah produksi melebihi kuota yang telah ditetapkan, maka akan dikenakan sanksi.

Kartel Penjualan

Kartel penjualan adalah suatu penetapan kantor penjualan yang sifatnya terpusat. Artinya, masing-masing anggota kartel hanya diperbolehkan untuk menjual produknya melalui kantor penjualan tunggal, sehingga tidak akan ada persaingan antar anggota.

Kartel Pool

Kartel pool atau disebut juga kartel pembagian keuntungan adalah jenis kartel yang menyepakati tentang pembagian laba dan pendapatan. Dalam pelaksanaan kartel pool ini, setiap anggota akan menghimpun laba kotor yang didapatkan dari kas bersama. Lalu, laba bersih yang diperoleh akan dibagikan ke seluruh anggota kartel sesuai kesepakatan.

Analisis Penetapan Harga Kartel

Sangat jarang ditemui di mana semua perusahaan yang ada dalam industri bergabung dalam sebuah kartel. Kartel biasanya terdiri atas beberapa perusahaan yang menyumbang sebagian dari total produksi. Meski demikian, mereka tetap harus memperhitungkan respon perusahaan lain yang tidak tergabung dalam kartel ketika menentukan harga jual. 

Kartel yang dibentuk dapat berskala nasional ataupun internasional. Untuk menganalisis penetapan harga kartel, kita dapat menggunakan model perusahaan dominan (The Dominant Firm Model). Dan kita akan mengaplikasikan model tersebut pada salah satu kartel minyak terbesar di dunia, yaitu OPEC.

Untuk menganalisis penetapan harga kartel, berikut adalah penjelasan yang dikutip dari buku “Economics” 8th Edition karya Robert S. Pindyck dan Daniel L. Rubinfeld.  

Gambar 1 berikut mengilustrasikan kasus kartel OPEC. Permintaan total (TD) adalah kurva permintaan dunia terhadap minyak mentah, dan Sc adalah kurva penawaran kompetitif (non-OPEC). DOPEC adalah permintaan untuk minyak negara-negara anggota OPEC, yaitu selisih antara total permintaan (TD) dan penawaran kompetitif (Sc). MROPEC adalah kurva penerimaan marjinal negara-negara anggota OPEC. 

Gambar 1. Penetapan Harga Minyak OPEC

 

MCOPEC adalah kurva biaya marjinal negara-negara anggota OPEC. Seperti terlihat pada gambar, OPEC mempunyai biaya produksi minyak yang jauh lebih rendah dibanding produsen non-OPEC. Kurva penerimaan marjinal dan kurva biaya marjinal negara anggota OPEC berpotongan saat jumlah produksi minyak OPEC sebesar QOPEC . Jumlah itulah yang akan dipilih anggota OPEC untuk memproduksi minyak. Pada jumlah QOPEC , negara-negara anggota OPEC akan mengenakan harga sebesar P*. 

Andaikan saja negara-negara pengekspor minyak tidak melakukan kartel, tetapi masing-masing berproduksi dan saling bersaing, maka harga akan sama dengan biaya marjinal. Karena itu kita dapat menentukan harga kompetitif yaitu pada titik di mana kurva permintaan OPEC berpotongan dengan biaya marjinalnya. Dengan demikian, harga berada pada Pc , di mana jauh lebih rendah daripada harga kartel. 

Seperti terlihat pada Gambar 1, nampak bahwa kurva permintaan total dan kurva penawaran negara non-OPEC adalah inelastis, maka kurva permintaan untuk minyak OPEC juga menjadi inelastis. Hal inilah yang membuat kartel memiliki kekuatan monopoli, sehingga mampu menjual minyak pada harga yang lebih tinggi dibanding harga kompetitif.

Dampak Kartel

Sebagai sebuah sistem, kartel tentunya memiliki dampak terhadap bisnis dan perekonomian, baik positif maupun negatif. Berikut ini adalah beberapa dampak positif dan negatif dari adanya kartel dalam dunia bisnis.

Dampak Positif

Kartel dapat memberikan dampak positif apabila dijalankan dengan tujuan yang baik. Beberapa dampak positif tersebut antara lain:

  • Kartel dapat menguntungkan produsen karena tiap-tiap anggota kartel terhindar dari persaingan yang saling mematikan.

  • Memudahkan perusahaan dalam mengatur produksi, karena dengan adanya kartel dapat meminimalisir risiko kerugian akibat rendahnya tingkat penjualan. 

  • Kartel dapat membentuk hubungan bisnis antar perusahaan menjadi lebih baik dan lebih kondusif.

Dampak Negatif

Selain dampak positif, kartel juga dapat menimbulkan dampak negatif, antara lain:

  • Kartel dapat menimbulkan inefisiensi produksi. Hal ini disebabkan karena kartel fokus bukan pada upaya menekan biaya produksi, melainkan menghilangkan persaingan. Harga jual yang tinggi dengan jumlah barang yang sedikit menunjukkan bahwa kartel tidak efisien.

  • Kartel dapat menghambat munculnya inovasi dan penemuan teknologi baru. Hal ini terjadi karena kartel biasanya membatasi diri dengan tujuan untuk menghindari risiko yang membawa kerugian. Namun sikap ini seringkali menghambat adanya pembaruan, padahal pembaharuan tersebut dapat berguna bagi kegiatan produksi.

  • Kartel cenderung memonopoli pasar, sehingga sulit mendatangkan investor baru.

  • Adanya kartel dapat menimbulkan persaingan yang tidak sehat, sehingga dunia bisnis menjadi tidak kondusif.

  • Kartel sangat merugikan konsumen, karena ia mampu mengendalikan harga dan suplai barang. Konsumen dihadapkan dengan pilihan barang yang terbatas namun dengan harga yang tinggi.

Mengapa Kartel Bisa Gagal?

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa kartel akan tetap langgeng jika para anggotanya tidak berbuat curang dan tetap memegang teguh kesepakatan. Bertambahnya anggota baru (terutama di pasar dengan hambatan masuk yang rendah), juga dapat menyebabkan pengendalian menjadi lebih sulit.

Salah satu penyebab gagalnya sebuah kartel adalah munculnya motif kepentingan pribadi yang ingin memperoleh keuntungan berlebih. Ketika keputusan kartel tidak sesuai dengan kepentingannya, anggota kartel pun memiliki insentif untuk melanggar kesepakatan. Misalnya menjual produk dengan harga di bawah harga minimum yang sudah disepakati untuk meningkatkan jumlah penjualan.

Cara lainnya yaitu beberapa anggota mulai meningkatkan produksinya secara diam-diam. Mereka akan menjual kelebihan produksinya untuk mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi. Dalam kasus seperti ini, masing-masing perusahaan di pasar oligopoli akan terus meningkatkan produksi selama harga masih lebih tinggi daripada biaya marjinal.  

Selain faktor-faktor tersebut, beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan kegagalan kartel antara lain:

  • Adanya larangan dari regulator yang menganggap kartel sebagai sebuah tindakan ilegal secara hukum. Di Indonesia, larangan adanya kartel tertuang dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, yang dalam Pasal 11 disebutkan: “Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya, yang bermaksud untuk mempengaruhi harga dengan mengatur produksi dan atau pemasaran suatu barang dan atau jasa, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.”

  • Turunnya permintaan pasar juga dapat menimbulkan kegagalan kartel. Turunnya permintaan ini akan menciptakan kelebihan pasokan barang di pasar, sehingga membuat para anggota kartel dihadapkan dengan meningkatnya persediaan yang signifikan. Adanya tekanan biaya dan keinginan memperoleh keuntungan, membuat satu atau beberapa anggota merasa egois dan berusaha menurunkan harga untuk mempertahankan penjualan.

  • Faktor terakhir yaitu munculnya barang substitusi yang dapat menggantikan barang yang dijual oleh kartel. Dalam situasi seperti permintaan pasar akan mengarah pada barang baru dan mulai meninggalkan barang yang dijual oleh kartel.

Cepy Suherman

Share
Published by
Cepy Suherman

Recent Posts

Pengantar Akuntansi

Akuntansi dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengidentifikasian, pengukuran, dan pelaporan informasi ekonomi, yang memungkinkan adanya…

1 day ago

Badan Usaha

Badan usaha (business entity) adalah suatu kesatuan yuridis dan ekonomis yang menggunakan modal dan tenaga…

2 months ago

Nasionalisasi vs Privatisasi

Privatisasi didefinisikan sebagai penjualan saham persero (perusahaan perseroan), baik sebagian maupun seluruhnya, kepada pihak lain…

6 months ago

Mengenal Cukai

Cukai merupakan pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang tertentu yang memiliki sifat/karakteristik tertentu seperti etil…

6 months ago

Kebijakan Perdagangan Internasional

Kebijakan perdagangan adalah kebijakan pemerintah yang mempengaruhi jumlah barang dan jasa yang diekspor dan diimpor…

7 months ago

Asuransi

Asuransi merupakan perjanjian antara perusahaan asuransi (penanggung) dengan pemegang polis (tertanggung) di mana tertanggung membayar…

7 months ago