Pembahasan mengenai elastisitas pada artikel elastisitas harga permintaan hanya membahas mengenai hubungan antara perubahan harga dengan perubahan jumlah barang yang diminta. Konsep elastisitas yang telah dibahas, mengukur seberapa responsif kuantitas permintaan berubah akibat adanya perubahan harga.
Selain disebabkan oleh perubahan harga, permintaan juga dapat berubah oleh faktor-faktor lain. Dua di antaranya yaitu pendapatan konsumen dan harga barang lain. Pada pembahasan kali ini akan dijelaskan mengenai bagaimana perubahan atas pendapatan konsumen dan harga barang lain mempengaruhi kuantitas permintaan.
Elastisitas Pendapatan
Para ekonom menggunakan elastisitas pendapatan dari permintaan (income elasticity of demand) untuk mengukur seberapa besar perubahan kuantitas yang diminta apabila pendapatan konsumen berubah. Besarnya elastisitas pendapatan dapat dihitung dengan membandingkan antara persentase perubahan kuantitas yang diminta dengan persentase perubahan harga.
Bagi kebanyakan barang, kenaikan pendapatan akan menyebabkan kenaikan permintaan. Di sini terdapat hubungan searah antara perubahan pendapatan dengan perubahan permintaan, dengan demikian elastisitas pendapatannya bertanda positif. Barang-barang yang sifat elastisitas pendapatannya adalah demikian dikategorikan sebagai barang normal (normal goods).
Beberapa contoh barang yang termasuk ke dalam kategori barang normal antara lain pakaian, makanan, sepatu, minuman, dan sebagainya. Namun perlu diingat bahwa apa yang kamu anggap sebagai “barang normal” bisa saja berbeda dengan orang lain. Hal tersebut tergantung pada seberapa besar pendapatanmu.
Sebagai contoh, bagi penduduk yang berpendapatan sangat rendah (terutama di negara berkembang), peningkatan pendapatan dapat menyebabkan meningkatnya konsumsi mie instan. Bagi mereka, mie instan adalah barang normal. Namun bagi sebagian orang (terutama yang berpendapatan menengah ke atas), mie intan dianggap sebagai barang inferior.
Barang inferior (inferior goods) adalah barang yang kuantitasnya permintaan menurun bila pendapatan konsumen naik, dan sebaliknya. Bagi sebagian orang, pendapatan yang lebih tinggi justru menurunkan kuantitas yang diminta, misalnya permintaan terhadap mie instan. Ketika pendapatan meningkat, mereka akan membeli lebih banyak daging, makanan laut, atau makanan yang dianggap lebih baik ketimbang mie instan. Karena jumlah yang diminta dan pendapatan bergerak ke arah yang berlawanan, maka barang inferior memiliki elastisitas pendapatan yang negatif.
Elastisitas pendapatan dikatakan elastis apabila koefisien elastisitasnya (secara absolut) lebih dari 1, yang berarti perubahan pendapatan menimbulkan perubahan yang besar atas jumlah barang yang diminta. Begitupun sebaliknya.
Bahkan di antara sesama barang normal, besaran elastisitas permintaan terhadap pendapatan berbeda (meskipun sama-sama positif). Barang-barang kebutuhan pokok seperti sandang dan pangan biasanya memiliki elastisitas pendapatan yang lebih kecil ketimbang barang-barang mewah. Untuk barang kebutuhan pokok, berapa pun gaji kita, kita akan tetap membelinya. Barang kebutuhan pokok umumnya memiliki nilai elastisitas positif kurang dari 1 (inelastis).
Sebaliknya, barang-barang mewah seperti caviar, tas mewah, dan perhiasan cenderung mempunyai elastisitas pendapatan yang besar (lebih dari 1) karena konsumen merasa tidak memerlukannya, apalagi bila pendapatannya terlalu rendah. Itu sebabnya kenaikan kuantitas yang diminta atas barang-barang seperti itu akan nampak mencolok ketika pendapatan kita bertambah. Barang-barang seperti ini dikategorikan sebagai barang superior (superior goods).
Elastisitas Silang
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa permintaan atas suatu barang atau jasa dipengaruhi pula oleh harga barang lain. Para ekonom menggunakan elastisitas harga silang dari permintaan (cross-price elasticity of demand) untuk mengukur seberapa besar perubahan kuantitas yang diminta untuk suatu barang ketika harga barang lainnya berubah.
Apabila harga barang 1 menyebabkan permintaan barang 2 berubah, maka sifat hubungan di antara keduanya digambarkan oleh elastisitas silang. Ini dapat dirumuskan sebagai persentase perubahan kuantitas yang diminta dari barang 1 dibagi dengan persentase perubahan harga dari barang 2.
Nilai elastisitas silang bisa positif ataupun negatif. Nilai elastisitas silang tersebut tergantung apakah kedua barang tersebut bersifat substitusi atau komplemen.
Seperti kita ketahui, barang substitusi adalah adalah barang-barang yang biasanya bisa saling menggantikan, seperti yogurt dan es krim. Naiknya harga yogurt akan mendorong orang membeli es krim sebagai gantinya. Karena harga yogurt dan kuantitas es krim yang diminta bergerak ke arah yang sama, maka elastisitas harga silangnya bernilai positif.
Sebaliknya, barang komplementer adalah barang-barang yang biasanya digunakan secara bersama-sama, seperti printer dan tinta. Dalam hal ini, elastisitas harga silangnya bernilai negatif, yang menandakan bahwa kenaikan harga printer akan mengurangi kuantitas tinta yang diminta.