Salah satu asumsi dalam teori perilaku konsumen pendekatan ordinal, menyatakan bahwa konsumen lebih menyukai mengonsumsi barang/jasa dalam jumlah banyak dibanding yang sedikit. Namun dalam kenyataannya, setiap orang memiliki keterbatasan. Salah satunya yaitu keterbatasan/kendala anggaran (budget constraint).
Kendala anggaran merupakan terbatasnya jumlah pendapatan (M) yang tersedia bagi konsumen guna memperoleh berbagai macam barang dan jasa pada harga tertentu. Keterbatasan ini membuat konsumen tidak dapat memperoleh semua barang dan jasa yang diinginkannya. Lalu bagaimana konsumen harus menggunakan anggarannya agar pengeluaran tersebut dapat memberikan kepuasan yang paling optimal?
Untuk memecahkan masalah tersebut, penggunaan Indifference Curve (IC) saja tidaklah cukup. Perlu dibuat pula kurva garis anggaran (Budget Line). Budget Line adalah sebuah kurva yang menggambarkan berbagai kombinasi barang/jasa yang dapat dibeli oleh konsumen dengan sejumlah pendapatan tertentu.
Seperti halnya pada indifference curve, di dalam menggambarkan Budget Line juga dimisalkan bahwa konsumen akan membeli dua jenis barang saja. Dalam hal ini konsumen dihadapkan pada pilihan akan membeli makanan, pakaian, atau keduanya sekaligus.
Anggaplah konsumen memiliki anggaran untuk membeli pakaian dan makanan sebesar Rp400.000,00. Misalkan harga makanan adalah Rp40.000,00 per unit dan harga pakaian Rp100.000,00 per unit. Berdasarkan data ini maka dapat ditunjukkan beberapa kombinasi makanan dan pakaian yang dapat dibeli konsumen.
Tabel 1
Kombinasi | Jumlah Pakaian | Jumlah Makanan |
A | 0 | 10 |
B | 1 | 7,5 |
C | 2 | 5 |
D | 3 | 2,5 |
E | 4 | 0 |
Gambar 1 berikut ini adalah grafik kombinasi makanan dan pakaian seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 1 di atas. Titik A, B, C, D, dan E dihubungkan oleh sebuah garis yang dinamakan Garis Anggaran (Budget Line). Budget Line tersebut menggambarkan kombinasi makanan dan pakaian yang dapat dibeli konsumen dengan anggaran yang sama, yaitu sebesar Rp400.000,00.
Titik yang berada di bawah Budget Line (titik X) menunjukkan kombinasi makanan dan pakaian yang dapat dibeli, namun dengan uang yang tersedia masih terdapat sisa. Sementara titik yang berada di atas Budget Line (titik Y) menggambarkan kombinasi makanan dan pakaian yang tidak dapat dibeli konsumen dengan anggaran yang tersedia.
Budget Line dapat mengalami perubahan akibat adanya perubahan pendapatan dan harga barang/jasa. Untuk mengetahui seperti apa perubahan dalam Budget Line, berikut penjelasannya.
1) Akibat Perubahan Pendapatan
Perubahan atas pendapatan konsumen dapat mengubah kemampuannya untuk membeli makanan dan pakaian. Jika pendapatan konsumen naik, maka ia bisa membeli makanan dan pakaian dalam jumlah yang lebih banyak. Begitupun sebaliknya.
Gambar 2 memperlihatkan pergeseran Budget Line akibat adanya perubahan pendapatan. Pergeseran Budget Line ke sebelah kanan (dari BL1 ke BL2) disebabkan kenaikan pendapatan menjadi Rp500.000,00. Sebaliknya, pergeseran Budget Line ke sebelah kiri (dari BL1 ke BL3) disebabkan penurunan pendapatan menjadi Rp300.000,00.
Perlu kamu ketahui bahwa pergeseran Budget Line akibat perubahan pendapatan adalah pergeseran yang sejajar. Pergeseran Budget Line ke sebelah kanan menggambarkan bahwa konsumen dapat membeli makanan dan pakaian dalam jumlah yang lebih banyak akibat adanya kenaikan pendapatan. Begitupun sebaliknya.
2) Akibat Perubahan Harga
Gambar 3 berikut ini menunjukkan perubahan Budget Line akibat adanya perubahan harga barang. Namun sebelumnya kita asumsikan bahwa pendapatan konsumen yaitu tetap sebesar Rp400.000,00, dan harga makanan pun sama sekali tidak berubah yaitu sebesar Rp40.000,00 per unit. Jadi, yang berubah hanya harga pakaian saja.
Misalkan harga pakaian turun dari Rp100.000,00 per unit menjadi Rp80.000,00 per unit. Dengan pendapatan dan harga makanan yang tidak berubah, maka ketika harga pakaian turun, konsumen kini bisa membeli lebih banyak pakaian. Ini diperlihatkan oleh Budget Line yang berotasi (berputar) keluar dari BL1 ke BL2. Dengan anggaran yang tersedia konsumen kini bisa membeli 5 unit pakaian.
Lalu sebaliknya, jika ternyata harga pakaian naik dari Rp100.000,00 per unit menjadi Rp200.000,00 per unit, maka konsumen kini hanya bisa membeli lebih sedikit pakaian. Ini diperlihatkan oleh Budget Line yang berotasi ke dalam dari BL1 ke BL3. Dengan anggaran yang tersedia konsumen kini hanya bisa membeli 2 unit pakaian.
Setelah kita mempelajari Indifference Curve dan Budget Line, kini saatnya menggabungkan dua kurva tersebut untuk memperoleh keseimbangan konsumen. Indifference Curve sendiri sebenarnya merupakan gambaran mengenai preferensi (keinginan) konsumen, sedangkan Budget Line menggambarkan kemampuan konsumen.
Seperti kita ketahui bahwa konsumen diasumsikan bertindak rasional. Pengambilan keputusan seorang konsumen senantiasa didasarkan pada keinginan dan kemampuannya dalam mengonsumsi barang dan jasa. Konsumen yang rasional selalu berusaha mencapai kepuasan tertinggi dengan anggaran yang tersedia.
Titik optimal bagi konsumen tercapai ketika apa yang diinginkannya dapat diperoleh dengan anggaran yang dimiliki. Keseimbangan konsumen ini secara grafis nampak ketika Indifference Curve bersinggungan/bersentuhan dengan Budget Line pada tingkat kombinasi konsumsi 5 unit makanan dan 2 unit pakaian.
Sebagai catatan, jika Indifference Curve dan Budget Line saling berpotongan, maka titik perpotongan tersebut bukanlah titik optimum bagi konsumen. Kondisi tersebut ditunjukkan oleh Gambar 5 berikut ini.
Untuk memaksimalkan kepuasannya, konsumen diharuskan mencapai IC yang tertinggi yang mungkin diraihnya dengan anggaran yang dimiliki. Jika konsumen memilih kombinasi konsumsi di titik A atau B, maka titik tersebut belumlah optimal. Titik A dan B berada di IC2, di mana kedua titik tersebut memiliki level kepuasan lebih rendah dari titik E yang berada di IC1. Jadi kesimpulannya, keseimbangan konsumen tercipta di titik E pada IC1 yang merupakan IC tertinggi yang bersentuhan dengan Budget Line.
Akuntansi dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengidentifikasian, pengukuran, dan pelaporan informasi ekonomi, yang memungkinkan adanya…
Badan usaha (business entity) adalah suatu kesatuan yuridis dan ekonomis yang menggunakan modal dan tenaga…
Privatisasi didefinisikan sebagai penjualan saham persero (perusahaan perseroan), baik sebagian maupun seluruhnya, kepada pihak lain…
Cukai merupakan pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang tertentu yang memiliki sifat/karakteristik tertentu seperti etil…
Kebijakan perdagangan adalah kebijakan pemerintah yang mempengaruhi jumlah barang dan jasa yang diekspor dan diimpor…